SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan (JIBI/dok)

Peternak tengah memerah susu sapi di salah satu peternakan di Desa Langensari Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Jawa Barat, belum lama ini. Peternak sapi perah di Jawa Barat mengeluhkan rendahnya harga jual susu segar di tingkat industri pengolahan. (JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman)

Peternak tengah memerah susu sapi di salah satu peternakan di Desa Langensari Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Jawa Barat, belum lama ini. Peternak sapi perah di Jawa Barat mengeluhkan rendahnya harga jual susu segar di tingkat industri pengolahan. (JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman)

JAKARTA –Peternak susu meminta kepada pemerintah untuk turun tangan dalam penentuan harga jual susu dari peternak ke industri menyusul terlalu rendahnya harga yang ditetapkan oleh industri pengolahan susu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Boediyana mengatakan pemerintah harus melakukan mediasi antara peternak dan industri agar peternak tidak dirugikan. Pasalnya sekarang, 95% susu dari peternak diserap oleh industri. “Biaya produksi seperti pakan ternak sudah tinggi, sementara banyak peternak hanya memiliki 2 sampai 3 ekor sapi,” katanya.

Dia mengusulkan, harga jual ideal dari peternak harus berkisar Rp4.300 per liter. Saat ini, industri hanya membeli dikisaran Rp4.000 per liter. Padahal, biaya produksi peternak sudah mencapai sekitar Rp4.200 per liter. “Kami minta harga distandarisasi sehingga masing-masing pabrik punya harga yang sama. Menteri Perindustrian tadi telah memberikan komitmen untuk mediasi ini,” sambungnya

Adapun produksi susu nasional hanya berkisar 1.800 ton per tahun atau hanya memenuhi 25% hingga 30% dari kebutuhan nasional. Sementara sisanya diimpor dengan nilai US$700 juta per tahun. Sayangnya, volume susu tahun ini diprediksi turun karena sapi banyak dipotong oleh peternak menyusul harga jual daging sapi yang tinggi. “Saya lihat hanya seminar yang banyak, tetapi action yang nyata sangat kurang. Kami dari asosiasi pengolahan susu menilai kalau tidak ada pembangunan progresif kontribusi susu lokal pada 2020 nanti bisa terus berkurang menjadi 10% dari kebutuhan nasional,” jelas Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya