SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Antara)

Harga solar turun namun belum berpengaruh terhadap tarif pengiriman paket

Harianjogja.com, JOGJA– Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sebesar Rp200 per liter bulan ini, tidak membawa dampak positif terhadap bisnis jasa pengiriman barang. Alasannya, nominal penurunan harga solar dinilai kecil dan tidak sebanding dengan biaya operasional (operational cost) yang masih tinggi.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) DIY, Marsudi mengatakan, biaya untuk faktor-faktor lain dalam struktur ongkos operasional angkutan tetap masih tinggi.

Dia menyontohkan, upah pegawai, pemeliharaan armada, hingga segala macam urusan perizinan dan manajemen, sampai saat ini masih tinggi. Padahal, konsumsi BBM hanya menempati porsi sekitar 30% dari keseluruhan ongkos angkut yang dikeluarkan perusahaan.

“Kalau hanya naik atau turun Rp200 per liter itu tidak terlalu berpengaruh. Kecuali kalau pemerintah melakukan perubahan harga, misalnya sampai Rp500 per liter, itu baru akan muncul dampaknya,” kata Marsudi, yang juga menjabat sebagai Head of Regional IV JNE (Jogja, Semarang, Surakarta) itu, ?Minggu (18/10/2015).

Dia menyebutkan, konsumsi solar untuk armada trucking (truk angkut) di perusahaannya juga hanya sekitar 25% saja. Konsumsi BBM justru lebih banyak untuk jenis premium karena armada angkut JNE kini didominasi jenis wagon untuk pengiriman di wilayah dalam kota.

Truk angkut hanya melayani sebagian kecil pengiriman antar provinsi terdekat. Sementara, distribusi lintas provinsi dan pulau menggunakan jalur udara yang kini porsinya lebih besar dibanding angkutan darat.

Asperindo saat ini, menurutnya lebih berharap agar pemerintah menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan melalui kebijakan yang dikeluarkan. Termasuk juga soal kepastian harga BBM tidak berubah dalam waktu relatif singkat, baik penurunan harga ataupun naik.

Pasalnya, dunia jasa logistik tidak bisa begitu saja mengubah tarif layanan ketika harga BBM berubah. Saat harga premium berubah beberapa waktu lalu, pihaknya menaikkan tarif setelah dua bulan kemudian.

“Jasa logistik memang tidak bisa cepat-cepat ganti tarif. Sebab, kami membutuhkan perhitungan dulu. Nggak mungkin kami menyodorkan tarif baru secara mendadak,” kata Marsudi.

Selain itu, pihaknya juga berharap ada upaya dari pemerintah untuk menjaga iklim bisnis pengusaha lokal tetap stabil dalam persaingan dengan korporasi asing. Termasuk di dalamnya adalah efisiensi pos biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, biaya perizinan dan infrastruktur umum. Saat ini, ongkos operasional perusahaan logistik di Indonesia masih terbilang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya