SOLOPOS.COM - Perumahan Subsidi Parama Residence yang dilengkapi fasilitas umum pos satpam dan kolam renang berlokasi di Dusun III, Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. (Solopos.com/Tiara Surya Madani).

Solopos.com Stories

Solopos.com, SUKOHARJO — Harga perumahan di sejumlah wilayah mulai naik tajam hingga ada yang menyebut milenial tak akan mampu membelinya. Rumah subsidi kemudian dianggap sebagai medium mewujudkan impian anak muda wilayah Soloraya, termasuk Sukoharjo untuk memiliki hunian pertama mereka.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satunya pegawai milenial, Shinta Mega Pertiwi, 24, mengatakan alasan membeli rumah lantaran memang sebagai hunian pertama. Meski demikian dia sempat ragu untuk membeli rumah subsidi mengingat pengerjaan rumah yang biasanya membutuhkan waktu lama.

“Keraguan lebih ke lamanya proses sampai ke akad. Mungkin karena developer rumah biasanya cenderung lama dan risiko terbengkalai. Pintar-pintar memilih developer dan bank saja,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (15/8/2022).

Meski demikian dia tak menampik harga rumah subsidi terbilang membantu bagi kaum muda yang ingin memiliki hunian. Menurutnya harga yang relatif terjangkau tidak memberatkan dengan iming-iming Rp1 jutaan per bulan.

Dengan harga sekitar Rp160 juta per unit, pembeli sudah mendapatkan rumah subsidi dengan luas sekitar 60 meter persegi dan bangunan sekitar 36 meter persegi.

Baca juga: REI Soloraya akan Gelar Pameran, Beli Rumah Subsidi di Sukoharjo Hanya Bawa KTP

“Pertama yang saya pertimbangkan dari segi cicilan dan jumlah [down payment/uang muka] DP ringan dan tidak terlalu memberatkan,” jelasnya.

Selain itu menurutnya alasan lain pemilihan rumah subsidi karena adanya program kredit pemilikan rumah (KPR). Dari segi harga dan tenggat waktu pembayarannya memungkinkan dia untuk bisa mewujudkan mimpi memiliki rumah pribadi.

“Lokasi juga menjadi pertimbangan, lokasi perumahan yang dekat dengan rumah sakit dan fasilitas umum lainnya yang saya dan keluarga usahakan untuk cari,” kata Shinta.

“Menurut saya yang terpenting untuk air tidak terbatas hanya [perusahaan daerah air minum] PDAM itu paling utama, kalau bisa cari yang sumur,” tambah Shinta.

Meskipun dia mengakui kualitas rumah subsidi pasti akan berbeda dengan rumah komersil dari sisi bangunan. Namun jika dibandingkan dengan harga dan tenor pembayaran yang ringan menurutnya hal itu wajar terjadi.

Baca juga: Semangat Tinggi, Pengembang Rumah Subsidi di Boyolali Terkendala LSD

“Setahu saya saat ini sudah ada regulasi pemerintah yang mengharuskan double dinding dan lainnya ya [terkait bangunan rumah subsidi]. Jadi mungkin juga bisa melihat juga dari track record developer,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Real Estate Indonesia (REI) Soloraya, Maharani mengatakan pembeli harus jeli ketika memilih pengembang. Karena menurutnya jika tergabung dalam asosiasi pengembang akan lebih terjamin dan mudah dilacak.

“Kalau beli harus menanyakan ikut asosiasi tidak. Kalau ada orang yang beli rumah di salah satu developer misalnya. Dan ternyata pembayaran sudah masuk tapi tidak segera dibangun pembeli bisa komplain ke kami, asosiasi,” jelasnya.

Karena dari komplain atau laporan tersebut asosiasi akan bertemu dengan pihak pengembang (jika masuk dalam asosiasi). Sehingga pihaknya dapat menelusuri sebetulnya apa yang menjadi kendala.

Dia juga mengatakan saat ini banyak program pemerintah yang ditawarkan agar masyarakat mudah membeli rumah. Sementara pembeli saat ini justru cenderung memilih membeli rumah komersil dibandingkan rumah subsidi.

Baca juga: Cerita Developer Boyolali Bangun Tegalan jadi Rumah Subsidi Kekinian

“Saat ini memang ekonominya sudah membaik sehingga ada kecenderungan memilih membeli rumah sekalian yang bagus. Saat juga sudah ada wadah-wadahnya [program-program pembelian rumah],” jelasnya.

Meski demikian dia tetap mengingatkan masyarakat untuk menyesuaikan pembelian rumah sesuai kemampuan gaji. Sehingga nantinya tidak kebingungan untuk mengangsur cicilan rumah.

Lebih lanjut, dia mengatakan pembeli perumahan di Soloraya saat ini paling banyak berada di Karanganyar dan Sukoharjo selain empat wilayah Soloraya lain sebagai penyangga Solo. Seperti diketahui di Solo minim lokasi yang diperuntukkan sebagai kawasan hunian.

Namun, dia mengatakan tak bisa menyebut wilayah mana yang menjadi kawasan favorit pembeli. Lantaran biasanya pembeli akan memilih sesuai kebutuhan dan yang menurut mereka strategis.

Baca juga: Ironi Kenaikan Harga Rumah Subsidi dan Buah Pemikiran Sang Proklamator



“Kalau wilayah kami tidak bisa mengatakan, tinggal strategisnya mana. Jadi kami memencarkan [pembangunan perumahan] sampai ke pelosok karena sesuai kebutuhan. Misalnya orang butuh disana karena kerja disana kami sediakan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya