SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tembakau. (Solopos/Dok)

Harga rokok yang diwacanakan mencapai Rp50.000 per bungkus membuat para petani tembakau di Klaten resah.

Solopos.com, KLATEN –Sejumlah petani tembakau di Klaten mengaku resah menyikapi rumor meroketya harga rokok bulan depan. Petani tembakau Klaten secara tegas menolak kenaikan harga rokok jika tidak dibarengi dengan kenaikan harga tembakau.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Ketua Koalisi Nasional Penyelematan Kretek (KNPK) Klaten, A. Sigit Suwanta, saat ditemui wartawan di sela-sela Karnaval Budaya di Manisrenggo, Senin (22/8/2016).

Sebagaimana diketahui, rumor meroketnya harga rokok semakin gencar akhir-akhir ini. Hal itu termasuk di media sosial (medsos). Mulai September 2016, harga per bungkus rokok dengan merek tertentu hampir menembus Rp50.000. Padahal, harga rokok per bugkus saat ini di kisaran Rp15.000.

“Kami sudah mendengar isu itu [di medsos]. Terus terang kami sedih dan khawatir mendengar kenaikan harga rokok. Bisa dibayangkan ketika harga rokok senilai Rp50.000 per bungkus, jumlah perokok akan berkurang. Kami [petani tembakau] yang kena dampaknya. Semuanya akan menjauhi tembakau. Kalau seperti itu, kami bakal kesulitan menjual tembakau [harga tembakau kualitas super per kilogram berkisar Rp150.000 per kilogram],” katanya.

Sigit mengatakan total lahan tembakau dari tahun ke tahun terus mengalami penyusutan. Hal itu seperti yang berlangsung di Manisrenggo selaku salah satu pusat pengembangan tanaman tembakau. Di tahun 2015, areal tanaman tembakau mencapai 500 hektare. Di tahun 2016, hanya berkisar 400 hektare. Berkurangnya areal tembakau itu, di antaranya disebabkan anomali cuaca.

“Dengan kondisi seperti ini, kami menolak harga rokok naik berlipat-lipat. Kami mohon pemerintah mengkaji kembali kalau berniat menaikkan berkali-kali lipat [jumlah petani tembakau di Manisrenggo berkisar 4.000-an orang],” katanya.

Hal senada dijelaskan petani tembakau asal Solodiran, Manisrenggo, yakni Kamiso, 48. Dalam 1,5 bulan terakhir, Kamiso susah berusaha merawat tanaman tembakaunya di atas lahan satu hektare.

“Kalau kenaikan harga rokok tidak sebanding dengan kenaikan harga tembakau, berarti ini sadis. Petani tidak memperoleh keuntungan apa-apa dengan kenakan rokok yang berlipat-lipat itu,” katanya.

Kepala Desa (Kades) Tambakan Kecamatan Jogonalan, Rismanto, mengatakan rumor kenaikan harga rokok sudah didengar para petani tembakau di daerahnya. Para petani tembakau di Tambakan hanya berharap kenaikan harga rokok mampu meningkatkan kesejahteraan petani tembakau. Areal pertanian yang ditanami tembakau di Tambakan berkisar 45 hektare.

“Ini memang masih rumor. Belum jelas kepastiannya. Kami belum tahu, kenaikan harga rokok hingga Rp50.000 per bungkus itu, yang naik bahannya atau cukainya. Kalau yang naik cukainya, petani tembakau tidak diuntungkan. Ini akan merugikan petani. Harus dipikirkan secara matang terlebih dahulu. Pemerintah harus segera menyikapi rumor ini agar petani tembakau bisa nyaman kembali,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya