SOLOPOS.COM - Pekerja sedang menyelesaikan pembangunan rumah di sebuah kompleks perumahan di Ngemplak, Boyolali. Bank Indonesia mencatat nilai properti residensial di wilayah Jateng terus meningkat. (Burhan Aris Ngraha/JIBI/Solopos)

Pekerja sedang menyelesaikan pembangunan rumah di sebuah kompleks perumahan di Ngemplak, Boyolali. Bank Indonesia mencatat nilai properti residensial di wilayah Jateng terus meningkat. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Pekerja sedang menyelesaikan pembangunan rumah di sebuah kompleks perumahan di Ngemplak, Boyolali. Bank Indonesia mencatat nilai properti residensial di wilayah Jateng terus meningkat. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SEMARANG – Harga properti residensial di Jawa Tengah terus menunjukkan peningkatan terlihat dari hasil survei Bank Indonesia yang mencatat angka Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan pertama 2013 sebesar 161,83 poin.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V Jateng-DIY Dewi Setyowati di Semarang, Kamis, menyebutkan IHPR pada triwulan I mengalami kenaikan 3,22 poin atau 2,03 persen dibandingkan dengan indeks triwulan sebelumnya yang 158,61 poin. “Peningkatan indeks di triwulan pertama ini sejalan dengan IHPR nasional yang juga meningkat 4,78 persen menjadi 160,92 poin,” katanya.

Kenaikan indeks harga properti residensial, kata Dewi, terjadi pada semua tipe rumah baik tipe besar (3,70 persen), tipe kecil (1,40 persen, dan tipe menengah (1,00 persen). Faktor pemicu kenaikan di antaranya semakin mahalnya harga tanah, upah kerja, dan ekspektasi kenaikan harga BBM.

Meskipun harga rumah meningkat, katanya, hal tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk membeli rumah karena penjualan unit rumah untuk tipe kecil meningkat 30,65 persen, tipe besar 20,18 persen, dan hanya rumah tipe menengah yang mengalami penurunan 4,09 persen (quarter to quarter/q-t-q).

“Tingginya peningkatan penjualan rumah tipe kecil mengindikasikan kuatnya pertumbuhan permintaan rumah hunian terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” (Dewi Setyowati, Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V Jateng-DIY) .

Kuatnya permintaan, katanya, disebabkan komposisi penduduk Jawa Tengah didominasi oleh kelompok usia produktif yang membutuhkan tempat tinggal, peningkatan daya beli masyarakat, adanya program perumahan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah melalui pemberian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). “Penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan penawaran kredit dengan jangka waktu yang panjang hingga 25 tahun juga turut mendorong kuatnya permintaan rumah hunian di Jawa Tengah,” katanya.

Suku bunga rata-rata KPR untuk rumah sampai dengan tipe 21 menurun dari 14,34 persen pada Desember 2012 menjadi 14,23 persen, sedangkan rumah tipe 22-70 turun dari 10,73 persen menjadi 10,52 persen, sedangkan untuk rumah tipe di atas 70 menurun dari 10,59 persen menjadi 10,55 persen. “Tiga bulan ke depan, peningkatan permintaan rumah diperkirakan masih akan berlanjut mengingat rumah masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” katanya.

Berdasarkan hasil survei, diperkirakan harga rumah pada triwulan II-2013 masih akan mengalami kenaikan. Indeks harga properti diekspektasikan berada pada level 162,41 poin, naik tipis dibandingkan dengan indeks triwulan I-2013 yang sebesar 161,83 poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya