Solopos.com, SOLO — Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax mendapatkan respons dari paguyuban Pertashop di Soloraya. Menurut mereka, turunnya harga Pertamax juga harus diikuti dengan pengawasan ketat bagi pembeli BBM subsidi seperti Pertalite.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan Jogja, Gunadi Broto Sudarmo, mengatakan penurunan harga Pertamax menjadi Rp13.400 juga diterapkan di Pertashop.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Sebelumnya, harga Pertamax di Pertashop sebesar Rp13.850, lebih murah dibanding di SPBU yang dijual dengan harga Rp14.000.
“Harga Pertamax di Pertashop juga ikut turun menjadi Rp13.400, jadi sekarang harga Pertamax di SPBU dan Pertashop sama,” ucapnya kepada Solopos.com, Rabu (1/11/2023).
Gunadi juga menerangkan, penurunan harga tersebut masih belum bisa menyelamatkan Pertashop yang tutup di Soloraya. Menurutnya, selisih harga yang diberikan Pertamina kepada Pertashop masih sama dan masih belum menguntungkan Pertashop.
Menurutnya, Pertashop yang tutup masih enggan untuk buka karena dalam perhitungan masih belum bisa menutup operasional dengan penambahan tersebut.
“Jadi ada penambahan margin Rp100 per liter khusus Pertashop yang omzetnya kurang dari 200 liter per hari, kalau bulan kemarin selisih Rp150 per liter dengan SPBU, tapi sekarang harga dengan SPBU sama. Berarti pengalihan selisih harga dari Pertamina bulan kemarin. Tapi sayangnya hanya Rp100 dan berlaku bagi Pertashop ber omzet kurang dari 200 liter per hari. Tidak seperti yang disampaikan waktu audiensi penambahan Rp15 per liter bagi omzet di atas 300 liter per hari,” kata dia.
Ia berharap, Pertamina akan menjalankan subsidi tepat melalui aplikasi MyPertamina dengan lebih serius. Menurutnya, ini bisa mencegah pengepul untuk berjualan secara eceran yang merugikan Pertashop.
“Kalau enggak bisa memberi ke Pertashop, ya jalankan subsidi tepat MyPertamina untuk Pertalite seperti Solar sambil menunggu kajian Pertalite di SPBU. Pertashop ini kalah sama pengepul karena sistem yang belum tepat, kalau menunggu kajuan dan kebijakan ini akan sangat lama. Pertashop sudah bertahan seperti ini selama 1,5 tahun, banyak yang tutup, dijual enggak laku dan kondisi sekarang makin parah,” kata dia.
Harga BBM Turun Per November
Sebelumnya, PT Pertamina Patra, Subholding Commercial & Trading Pertamina, terus berkomitmen melakukan evaluasi harga jual roduk-produk BBM non-subsidi atau jenis bahan bakar umum (JBU) secara berkala.
Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
Untuk seluruh produk jenis gasoline (bensin) Pertamina mengalami penyesuaian turun harga, sejak dilakukan penyesuaian harga terakhhir pada 1 Oktober 2023. Untuk Pertamax (RON 92) turun menjadi Rp 13.400 per liter, dari sebelumnya Rp 14.000.
Pertamax Green 95 (RON 95) turun menjadi Rp 15.000 per liter, dari sebelumnya Rp 16.000 per liter. Sedangkan Pertamax Turbo (RON 98), turun menjadi Rp 15.500 per liter dari sebelumnya Rp 16.600.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menjelaskan harga baru per 1 November 2023 ini sudah sesuai dengan penetapan harga yang diatur dalam Kepmen ESDM No.245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non subsidi.
Sementara, harga BBM non-subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar. Pertamina melakukan penyesuaian harga mengikuti tren harga minyak dunia dan harga rata-rata publikasi minyak.
“Harga BBM non-subsidi Pertamina mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya minyak mentah, publikasi MOPS dan Kurs, agar Pertamina tetap dapat menjamin penyediaan dan penyaluran BBM hingga ke seluruh pelosok Tanah Air,” jelas Irto.