SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar tradisional. (Reuters)

Solopos.com, JAKARTA — Harga pangan dunia selama beberapa waktu terakhir ini terpantau semakin meroket. Indonesia dihadapkan pada solusi terbatas dalam menghadapi kenaikan harga pangan dunia yang terus semakin mahal.

Indeks Harga Pangan Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO Food Price Index (FFPI) pada April bertengger di 120,9 poin atau naik 1,7% dibandingkan dengan indeks pada Maret 2021. Indeks ini juga 30,8% lebih tinggi dibandingkan dengan April 2020.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kenaikan pada April juga menjadi indikasi tren harga pangan yang terus merangkak dalam 11 bulan terakhir, sekaligus memecahkan rekor  indeks tertinggi sejak Mei 2014.

Baca Juga: Seret Nama Azis Syamsuddin, Begini Golkar Sikapi Suap Tanjungbalai

FAO melaporkan kenaikan pada April disumbang oleh naiknya sejumlah komoditas. Kontribusi semakin mahal harga pangan dunia terbesar berasal dari gula, minyak nabati, daging, produk susu, dan serealia. Dari kelompok komoditas tersebut, sebagian diimpor Indonesia dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Sebagai contoh, Indonesia telah mengimpor 1,19 juta ton gula mentah selama Januari–Februari 2021 dengan nilai US$471,35 juta untuk memenuhi kebutuhan industri dan konsumsi. Jika dirata-rata, maka harga gula mentah impor berada pada kisaran US$0,39/kg.

Adapun pada periode yang sama tahun lalu, impor gula mentah mencapai US$239,68 juta dengan volume 699.878 ton dengan harga rata-rata saat itu US$0,34 per kg.

Baca Juga: Gubernur Anies Baswedan Imbau Warga Tak Belanja di Tanah Abang

Kenaikan harga juga tecermin dari importasi biji kedelai yang secara volume naik 10,04% dari 403.875 ton pada Januari–Februari 2020 menjadi 444.434 ton pada 2021. Namun dari sisi nilai impor, kenaikan mencapai 36,47% dari US$164,53 juta menjadi US$224,54 juta pada periode tersebut.

Sulit Dihindari

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan harga pangan dunia yang semakin mahal untuk komoditas-komoditas tersebut tidak bisa dihindari karena pasokan domestik belum bisa memenuhi kebutuhan. “Harga tidak bisa dihindari karena dipengaruhi situasi internasional. Yang bisa dipastikan adalah bagaimana pasokan tetap terpenuhi dan kenaikan harganya terkendali,” kata Oke, Minggu (9/5/2021).

Oke menjelaskan pergerakan harga dunia telah mulai dirasakan dampaknya pada sejumlah komoditas. Di antaranya adalah kedelai yang memaksa perajin di dalam negeri melakukan penyesuaian harga sejak awal tahun. Sementara untuk gula, Oke mengatakan tidak ada masalah dari segi harga impor.

Baca Juga: Tak Henti KSP Moeldoko Klaim Kepengurusan Partai Demokrat

“Untuk kedelai sudah terpengaruh. Namun kami sudah berbicara dengan para importir untuk menahan diri dalam menaikkan harga, setidaknya sampai Lebaran. Sejauh ini semua sepakat dan pemerintah mengapresiasi hal tersebut,” lanjutnya.

Mengutip Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), sejumlah komoditas yang turut dipenuhi lewat impor memang mengalami kenaikan dalam setahun terakhir. Selain kedelai yang bergerak dari Rp11.100 pada Mei 2020 menjadi Rp12.100 pada Mei 2021, kenaikan juga terjadi pada daging sapi paha belakang dari rata-rata Rp120.300 per kg menjadi Rp126.300 per kg.

Sementara untuk gula, harga mengalami penurunan 23,84% dari Rp17.200/kg pada Mei 2020 menjadi Rp13.100/kg. Harga bawang putih yang tahun lalu juga terganggu importasinya turun 18,99% dari Rp35.800/kg menjadi Rp29.000/kg.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya