SOLOPOS.COM - Petani ikan KJA WGM Wonogiri, Suryanto memberi pakan di kolam miliknya. Suryanto memiliki 15 kolam pembesaran ikan dan 15 kolam pembibitan ikan. Foto diambil akhir Juni 2022. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga pakan ikan di Wonogiri terus merangkak naik. Para petani terpaksa beralih ke pakan yang lebih murah meski kualitas pakan tidak sebaik biasanya.

Petani Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Gajah Mungkur, Budi Hardono mengatakan, kenaikan harga pakan ikan seperti tidak terkendali. Dalam sebulan terakhir, harga pakan ikan naik dua kali. Kenaikan tersebut sangat memberatkan petani karena biaya produksi petani menjadi tinggi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Kenaikan harga pakan sudah tidak tekontrol. Sekarang petani banyak beralih ke pakan yang lebih murah. Tapi ya kualitasnya enggak sebaik biasanya. Kandungan proteinnya lebih rendah. Itu untuk memangkas biaya produksi,” kata Budi kepada Solopos.com, Senin (11/7/2022)

Pakan ikan yang biasa digunakan Budi saat ini senilai Rp367.000/sak. Satu sak berisi 30 kg. Akhir Juni 2022, harga pakan ikan masih Rp355.000/sak. Kenaikan itu diperkirakan masih akan terus terjadi selama tidak ada kontrol dari pemerintah.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, pemerintah pernah memberikan bantuan alat memproduksi pakan. Jumlahnya lebih kurang 12 buah. Tetapi hal itu tidak efektif mengurangi biaya produksi karena kualitas pakan yang dihasilkan dari alat tersebut tidak maksimal. Pakan tidak bisa mengapung seperti pakan hasil pabrikan sehingga banyak pakan yang terbuang.

Baca Juga: Ini Wahana Unggulan di WGM Wonogiri, Pernah Mencoba?

Biaya produksi pakan mandiri pun tidak jauh berbeda dengan membeli pakan pabrikan. Petani lebih memilih pakan pabrikan meski sedikit lebih mahal.

“Selisihnya paling Rp20.000 kalau dibandingkan dengan beli pabrikan,” ujar dia.

Hal itu juga yang menjadi alasan dia beralih dari petani pembesaran ikan menjadi petani pembibitan. Kebutuhan pakan untuk pembibitan ikan jauh lebih sedikit dibandikan pembesaran ikan.

“Saya memiliki 32 kolam KJA. Dulu saat budi daya pembesaran ikan, sehari butuh dua sak. Satu sak untuk pagi dan satu sak untuk sore. Sekarang lima sak pakan untuk 10 hari,” jelas dia.

Baca Juga: Kenalkan Oleh-Oleh Khas Wonogiri Brownies Tiwul, Rasanya Mantul!

Budi mendorong petani lain mencoba pembibitan ikan. Selain memotong biaya produksi, bibit ikan WGM juga lebih kecil risiko mati jika dibandingkan bibit yang didatangkan dari luar.

Usaha pembibitan ikan dinilai lebih menguntungkan dua kali lipat. Budi mencontohkan, satu kuintal ikan nila ukuran konsumsi dihargai Rp400.000-Rp450.000. Sedangkan satu kuintal bibit ikan nila dihargai Rp800.000.

“Saat ini hampir semua petani sudah punya kolam pembibitan. Petani yang punya 10 kolam, biasanya punya dua kolam khusus pembibitan. Hal itu berlaku kelipatannya,” ucapnya.

Hal sama juga diungkapakan petani ikan lain, Suryanto. Ia menjelaskan kenaikan harga tidak dibarengi kenaikan harga jual ikan. Akibatnya, keuntungan petani terus menurun.

Baca Juga: Di Wonogiri Ada 63 Objek Wisata, Ini Daftarnya

“Sekarang harga pakan yang biasa saya pakai sudah sampai Rp367.000/sak. Naik Rp12.000 dari harga awal. Tiap bulan naik terus,” kata Suryanto saat ditemui Solopos.com di karamba WGM belum lama ini.

Kenaikan harga itu tetap membuat biaya produksi membengkak meski sebagian kolamnya sudah menjadi pembibitan ikan. Suryanto masih memiliki 15 kolam pembesar ikan dari 30 kolam yang ia miliki. Dalam sepekan, dia membutuhkan enam sak pakan.

“Kalau dihitung-hitung sebenarnya keuntungan antara pembesaran dan pembibitan tidak jauh berbeda. Jatuhnya hampir sama. Perbedaanya soal jangka waktu saja. Kalau pembesaran ikan, setiap hari dapat uang. Sedangkan pembibitan harus menunggu dulu tiap dua pekan,” tutur dia.

Dia melanjutkan, satu kolam ikan ukuran 4,5 meter persegi bisa menghasilkan 70 kg bibit. Satu kg bibit ikan biasa dijual dengan harga Rp28.000-Rp29.000. Satu siklus pembibitan membutuhkan waktu dua bulan. Sebanyak 15 kolam pembibitan dibagi agar bisa dipanen setiap dua pekan.

Baca Juga: Harga Pakan Mahal, Ini yang Dilakukan Petani Ikan WGM Wonogiri

“Saya belajar autodidak pembibitan ini waktu awal pandemi. Sebab waktu itu banyak ikan yang tidak bisa dijual. Tidak ada pembeli. Terus saya coba pembibitan, alhamdulillah berhasil,” jelasnya.

Suryanto belum berani menjual bibit ke luar WGM. Risiko dan biaya menjual ke luar terlalu tinggi. Mulai dari rawan kematian hingga harus menyediakan berbagai alat, seperti tabung oksigen dan bak ikan.

“Saya hanya menjual ke petani ikan WGM,” katanya.



Salah seorang pembeli bibit ikan milik Suryanto, Giyarso, mengaku lebih senang dan lebih mudah membeli bibit ikan milik petani WGM. Selain murah, bibit juga lebih tahan banting atau tidak mudah mati. Sebelum membeli bibit di petani WGM, dia membeli bibit di balai benih ikan Sukoharjo.

Baca Juga: Ayo Piknik! Ini Daftar Objek Wisata di Kabupaten Wonogiri

“Bibit di sini lebih bagus. Kalau mau beli juga gampang. Cuma mindahin bibit saja. Jadi bibitnya enggak mudah mati,” ujar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya