SOLOPOS.COM - Pekerja memberi pakan ternak ayam di salah satu kandang ayam Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Jumat (8/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Sejak pandemi Covid-19, para peternak ayam petelur terpuruk. Harga telur kerap anjlok. Tak jarang, telur hasil produksi ayam-ayam mereka tak bisa langsung terjual. Belakangan kondisi itu diperparah dengan harga pakan yang melonjak.

Suwarto, 41, salah satu peternak ayam petelur di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, mengatakan masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 1,5 tahun terakhir menjadi kondisi paling berat sejak dia menjadi peternak pada 2000 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Suwarto mengatakan sebelum pandemi Covid-19, dia memiliki sekitar 7.000 ayam petelur. Namun, jumlah ayam petelur miliknya terus berkurang dan kini tersisa 3.500 ekor.

Baca Juga: Usaha Kuliner Kini Tak Cukup Hanya Jual Rasa

Dari 3.500 ayam tersebut, Suwarto bisa panen telur sekitar 180 kg per hari. Suwanto terpaksa mengurangi jumlah ayam yang dia ternakkan secara bertahap agar perputaran uang terus berlangsung menyusul naiknya harga pakan, sementara harga telur rendah.

Suwarto mengatakan gelontoran jagung bersubsidi dari pemerintah yang bisa dibeli peternak seharga Rp4.500 per kg setidaknya bisa mengurangi pengeluaran para peternak. Namun, kondisi itu belum merampungkan seluruh permasalahan yang dialami peternak.

“Kemarin masalahnya ada dua yakni pakan naik harga telur rendah. Harus ada solusi dua-duanya,” ujar  Suwarto saat ditemui di kandang ternak miliknya, Jumat (8/10/2021).

Baca Juga: Puji Nabila, SDN 3 Pokoh Kidul Wonogiri Sudah Bagikan Buku Pelajaran

Dia mengatakan harga telur dari peternak saat ini sekitar Rp16.000 per kg, lebih tinggi dibanding dua pekan lalu sekitar Rp14.800 per kg. Namun, harga itu masih jauh dari harapan peternak menyusul harga ideal telur ayam sekitar Rp20.500 per kg.

“Pernah kejadian saat pandemi Covid-19 ini telur tidak bisa terjual. Sekarang saja juga sama. Mau menjual di harga Rp16.000 per kg saja susah,” kata dia.

Suwarto berharap ada keselarasan antara harga pakan dengan harga telur yang dijual peternak. Jika kondisi itu terus dibiarkan lama kelamaan para peternak bisa gulung tikar. “Kalau ini terus dibiarkan, bisa jadi tewas. Saat ini punya angsuran bank tidak bisa menutup rutin setiap bulannya,” jelas dia.

Baca Juga: Tes Tulis Seleksi Perdes di Wonogiri Belum Final, antara Manual dan CAT

 

Harga Telur Rendah

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Klaten, Sunaryo, mengatakan belakangan para peternak mengalami dua kendala yang memusingkan mereka. Harga jagung pakan ternak mahal sementara harga telur dari peternak telur rendah.

Gelontoran jagung bersubsidi yang mulai turun dan bisa dibeli peternak seharga Rp4.500 per kg setidaknya bisa mengurangi biaya pakan yang harus dikeluarkan peternak. Sekitar dua bulan terakhir harga jagung pakan ternak mahal sekitar Rp5.200 per kg hingga Rp5.400 per kg.

Namun, masih ada permasalahan yang dialami peternak yakni harga telur yang masih rendah. Harga telur berada pada kisaran Rp14.500 per kg hingga Rp15.000 per kg. Dengan harga itu, hasil penjualan yang diperoleh peternak tak bisa menutup biaya produksi.

Baca Juga: Ini Sosok Mbah Dirno, Peracik Tiwul Kekinian di Ngerangan Klaten

Soal rendahnya harga telur, Sunaryo menjelaskan dipengaruhi berbagai faktor. Seperti pembatasan yang diterapkan sejak ada pandemi Covid-19 termasuk ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat beberapa kegiatan belum bisa beroperasi secara penuh. Seperti kegiatan restoran, rumah makan, dan lain-lain.

“Berikutnya juga ada surplus produksi telur. Ketiga memang untuk masyarakat menengah ke bawah daya belinya rendah,” kata Sunaryo.

Soal kondisi peternak di Klaten, Sunaryo mengatakan di Klaten ada sekitar 73 pengusaha peternakan ayam petelur. Disinggung kondisi peternak, Sunaryo mengatakan kondisi mereka terpuruk. Tak sedikit yang belum bisa secara rutin menutup angusaran pinjaman bank.

Baca Juga: Gelar Hajatan saat PPKM, Camat di Wonogiri Berdalih Tak Sebar Undangan

Ada pula peternak di Klaten yang kini gulung tikar. “Ada sekitar empat peternak yang saat ini bangkrut. Itu dialami para peternak dengan populasi ayam di bawah 2.000 ekor. Kalau yang lainnya saat ini masih bertahan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya