SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

NEW YORK: Harga minyak mentah turun pada Selasa waktu setempat, setelah menguat ke level tertinggi tahun ini karena para pedagang mengaitkannya untuk sebuah laporan yang kemungkinan menunjukkan kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia, kata para pedagang.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis “light sweet” untuk pengiriman Juni, jatuh 63 sen dari harga penutupan pada Senin menjadi berakhir pada 53,84 dolar AS per barel, setelah mencapai 54,83 dolar — posisi tertinggi sejak 18 November.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Minyak mentah “Brent North Sea” untuk pengiriman Juni merosot 46 sen menjadi 54,12 dolar per barel, juga setelah mencapai posisi tertinggi lima bulan 54,91 dolar pada perdagangan Selasa pagi.

Para pedagang mengatakan, pasar memperkirakan persediaan minyak mentah AS akan meningkat dari posisi tertinggi dalam 19 tahun terakhir. Badan Informasi Energi (EIA) AS, dijadwalkan mengumumkan laporan persediaan bahan bakar untuk pekan yang berakhir 1 Mei pada Rabu.

“Prospek ekonomi kemungkinan berbalik lebih positif untuk akhir 2009 tetapi kekhawatiran di pasar minyak masih berlangsung karena persediaan yang tinggi dan permintaan menurun,” kata sebuah laporan BMO Capital Markets.

“Pada sisi pasokan semua kami dengan di sana minyak berlimpah,” kata Phil Flynn dari Alaron Trading.

Dia mengatakan hal itu jadi mengejutkan, bahwa harga minyak meningkat dalam beberapa hari terakhir ini, meski ada perkiraan kenaikan pasokan lebih besar.

“Kelesuan minyak masih tetap dan diyakini bahwa pasar menantang penjelasan yang rasional. Masih gagalnya minyak untuk naik tiba-tiba, ini memberikan harapan bahwa mimpi buruk panjang mereka berakhir,” kata dia.

Mike Fitzpatrick dari MF Global juga menunjuk masih tingginya sisi pasokan.

“Untuk pasar minyak, ini bukti sebuah pelajaran sungguh sulit sekali dengan level tinggi luar biasa dari sisi pasokan, bukan hanya di darat tapi juga di tangki terapung,” kata dia.

Harga minyak dunia telah merosot sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel pada Juli 2008, karena penurunan tajam ekonomi global telah memangkas permintaan minyak dunia.

Data baru-baru ini, menunjukkan bahwa manufaktur di China telah meningkat lagi untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan terakhir pada April. Ini akan mendorong harga minyak naik, karena itu berarti permintaan minyak dari negara dengan populasi terbesar di dunia itu akan meningkat, kata para analis. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya