SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, RIYADH - Pendapatan Arab Saudi turun drastis usai pemangkasan produksi minyak yang berdampak pada anjloknya harga minyak mentah. Arab Saudi mengatakan menaikkan rasio utang menjadi 50 persen adalah langkah yang logis.

Arab Saudi sendiri merupakan eksportir utama minyak dunia. Pada Minggu (12/4/2020), Arab Saudi bersama negara-negara OPEC menyepakati pemangkasan produksi minyak. OPEC+ sepakat memangkas produksi minyak sebanyak 9,7 juta barrel per hari (bph) selama periode Mei-Juni 2020.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Arab Saudi Darurat Covid-19, Tak Ada Salat Tarawih Berjamaah di Masjid

Ekspedisi Mudik 2024

Ini setara dengan sekira 10 persen dari pasokan minyak global. Pemangkasan produksi tersebut berpotensi mengikis pendapatan sekira hampir 40 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 626,5 triliun, menurut analis yang memproyeksikan harga minyak secara rerata mencapai 40 dollar AS per barrel.

Adapun saat ini harga acuan minyak mentah Brent mencapai kisaran 32 dollar AS per barrel. Pemerintah Arab Saudi pun telah tertekan oleh anjloknya harga minyak dan dampak kebijakan-kebijakan terkait pengendalian penyebaran virus corona. Ini termasuk penerapan jam malam dan penutupan sarana-sarana publik di negara tersebut.

Arab Saudi kemungkinan bakal merilis surat utang atau obligasi internasional baru. Ini menyusul kesepakatan pemangkasan produksi minyak yang dilakukan pada akhir pekan lalu oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah negara produsen mitra alias OPEC+. Pemangkasan produksi minyak menambah tekanan pada pendapatan, yang sudah terpukul anjloknya harga minyak mentah.

Soal Haji 2020, Arab Saudi Minta Umat Islam Sedunia Sabar

Rasio Utang Naik

Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (14/4/2020), Arab Saudi telah menaikkan rasio utangnya menjadi 50 persen dari produk domestik bruto (PDB) dari sebelumnya 30 persen dari PDB. Adapun pada pekan lalu, Qatar dan Abu Dhabi sukses menjual obligasi senilai total 17 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 266,6 triliun (kurs Rp 15.688 per dollar AS).

"Ini adalah langkah lanjutan yang logis (bagi Arab Saudi untuk merilis obligasi setelah Qatar dan Abu Dhabi). Mereka (Arab Saudi) mungkin akan menunggu sebentar hingga pasar minyak bereaksi terhadap pemangkasan (produksi), karena nama mereka lebih mudah diasosiasikan dengan minyak," ujar pihak satu bank yang enggan disebutkan identitasnya. Juru bicara kementerian keuangan Arab Saudi tidak memberikan jawaban terkait rencana penerbitan surat utang tersebut.

Dalam APBN tahun 2020, Arab Saudi memproyeksikan pendapatan dari minyak mencapai 513 miliar riyal atau 136,47 miliar dollar AS, setara sekira Rp 2.136 triliun. Arab Saudi tidak mempublikasikan asumsi harga minyak dalam APBN-nya, namun para analis memprediksi asumsi harga minyak yang dipasang adalah 55 dollar AS per barrel.

Arab Saudi Membatalkan Haji 2020? Ini Penjelasan Kemenag

Pada bulan lalu, Arab Saudi mengumumkan pemangkasan anggaran pemerintah hampir 5 persen pada tahun ini. Pemerintah Arab Saudi pun menyatakan bakal melakukan asesmen ulang terkait belanja negara, tergantung pada perkembangan di pasar minyak dunia dan virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya