SOLOPOS.COM - Ilustrasi kilang minyak (migas.esdm.go.id)

Jelang kedatangan Raja Salman, Arab Saudi menyatakan perekonomian negara petro dolar itu baik-baik saja meski harga minyak anjlok.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah Arab Saudi mengklaim kondisi perekonomian negaranya baik-baik saja. Pernyataan itu ditegaskan oleh Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi yang mengatakan jika ekonomi negaranya dalam kondisi stabil pasca-anjloknya harga minyak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Walaupun harga minyak turun, tetapi ekonomi tetap stabil dan kuat,” ujarnya di kantor Kedutaan Besar Arab Saudi, Selasa (28/2/2017).

Menurutnya, anjloknya harga minyak tak serta merta dibiarkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Osama bahkan mengatakan jika negaranya akan memberi jalan berupa pembukaan rekening khusus bagi warga dan memberikan bantuan keuangan bagi warga untuk menangani masalah-masalah keuangan yang dialami masyarakat di sana.

Tak hanya itu, Pemerintah Arab Saudi yang dipimpin oleh Raja Salman juga menyusun rencana yang dinamakan Visi 2030 yang merupakan rangkaian program reformasi ekonomi dimana Arab Saudi tak lagi hanya bergantung pada ‘minyak’.

“Visi 2030 pemerintah adalah dengan tidak lagi bergantung kepada minyak. Pemerintah melakukan upaya diversifikasi pendapatan [negara] yang tidak lagi berasal dari minyak,” paparnya.

Lebih lanjut, melihat merosotnya harga minyak mentah tersebut, Pemerintah Arab Saudi juga berencana menjual sebagian saham BUMN minyak Saudi Aramco. Penjualan itu rencananya akan menggunakan skema penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Meski demikian, Osama tidak menyebutkan berapa persen yang akan ditawarkan Raja Salman kepada Indonesia.

Sementara itu, siapa sangka meski terlihat santai dengan anjloknya harga minyak, Arab Saudi ternyata menginginkan harga minyak mentah dunia bisa naik sekitar US$60 per barel tahun ini. Langkah itu diakui dapat menjadi penyelamat penerimaan negaranya yang selama ini anjlok akibat harga minyak yang jatuh.

Selain Arab Saudi, berdasarkan lima sumber yang berasal dari negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak Dunia (OPEC), Kuwait dan Qatar juga ingin harga minyak kembali stabil. Dengan demikian, negara tersebut akan mendorong investasi di lapangan atau sumur baru tapi tidak menyebabkan lonjakan pada shale gas keluaran Amerika Serikat.

Sebelumnya, OPEC, Rusia dan Negara non OPEC berjanji di tahun ini untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (Bph) sejak awal Januari. Keputusan tersebut sebagai upaya untuk bisa meredam pelemahan harga minyak dunia dan mengembalikannya harga wajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya