SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Berulangkali petani mengeluhkan harga hasil panen anjlok. Akibatnya petani yang sudah mengeluarkan modal banyak harus menanggung rugi. Hal semacam ini dinilai terjadi karena petani di Indonesia masih mengedepankan egosentris, belum melakukan koordinasi dengan maksimal.

Ketua Paguyuban Ladang Agro Nusantara, Budiyono mengatakan, pemasaran hasil panen petani sampai sekarang menjadi permasalahan mendasar. Masalah ini bisa dipecahkan asal ada koordinasi di masing-masing petani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Bedanya petani di Jepang sudah terorganisir, tapi di Indonesia masih berjalan sendiri-sendiri akibatnya harga panen sering tidak sesuai harapan,” katanya disela Sarasehan Petani Nusantara di Hotel Bukit Surya Village Kaliurang Pakem Sleman, Minggu (30/10).

Ia mencontohkan, komoditas cabai menjadi salah satu isu nasional yang sering bergejolak. Setiap kali penawaran tidak diimbangi dengan permintaan dipastikan anjlok. Cara agar cabai masih dihargai tinggi dengan membuat cabai kering menjadi bubuk cabai. Bubuk cabai lebih mahal mencapai Rp50.000 per kilogram dibanding cabai mentah ketika harga murah kurang dari Rp5.000 per kilogram.

“Saat cabai murah, petani tidak bisa menyimpan. Setelah panen pasti dijual kepada pengepul karena tidak bisa tahan lama. Makanya harus ada teknologi pengolahan pasca panen dengan membuat cabai kering,” imbuh Budiyono.

Ditambahkan Sekjen Paguyuban Ladang Agro Nusantara, Widodo koordinasi tidak hanya dalam hal penanaman. Tapi juga dalam hal penanganan hama penyerang tanaman. Dengan cara koordinasi, bisa menekan serangan hama dengan cara merugi terlebih dahulu.

Ia mencontohkan petani padi di Thailand. Misalnya ada lahan padi 100 hektare, satu hektare di antaranya diserang hama, petani akan memusnahkan satu hektere padi tersebut untuk menyelamatkan 99 hektare lainnya. Namun pemilik satu hektare padi diberi ganti rugi oleh kelompok tani tersebut. “Dengan mengorbankan satu hektare, bisa menyelamatkan 99 hektare,” katanya.(Harian Jogja/Akhirul Anwar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya