SOLOPOS.COM - Perajin tempe dari Dawung, Matesih, Karanganyar, Lilik Lestari saat menata tempe di kediamannya pada Minggu (20/2/2022). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Melambungnya harga kedelai impor dipasaran membuat perajin tempe di Kabupaten Karanganyar kelimpungan. Perajin tempe terpaksa mengurangi produksi hingga memperkecil kemasan lantaran terus naiknya harga bahan baku pembuatan tempe kedelai tersebut.

Perajin tempe asal Jiringan Kulon, Desa Dawung, Kecamatan Matesih, Lilik Lestari, 52, mengatakan harga kedelai naik sejak tiga bulan lalu. Naiknya secara bertahap. “Sekarang harga kedelai impor Rp11.500 per kilogram. Itu beli di gudang Palur. Kalau di pasar harganya Rp12.000 per kilogram. Dulu harga kedelai paling Rp8.500 per kilogram,” kata dia ketika dijumpai di kediamannya pada Minggu (20/2/2022).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab kenaikan harga kedelai impor tersebut. Namun kenaikan harga bahan baku tempe ini kerap terjadi. Hanya kenaikan harga kedelai tak seperti sekarang, masih bertahan hingga tiga bulan lamanya.

“Biasanya harga sudah turun, tapi ini malah naik terus,” keluhnya.

Baca Juga: Perajin Tahu-Tempe di Depok Mogok Produksi Protes Harga Kedelai Tinggi

Kenaikan harga kedelai impor ini membuat dirinya mengurangi produksi tempe. Dari biasa memasak 80 kilogram kedelai untuk produksi tempe, kini hanya mampu memasak 50 kilogram. Selain produksi, dia juga mengurangi ukuran tempe. Pengurangan ukuran merupakan cara paling logis daripada menaikkan harga jual.

Lilik mengemas tempe kedelai ke kemasan plastik dan daun pisang. Pada kemasan plastik, Lilik menjualnya Rp2.000 per bungkus. Sedangkan untuk kemasan daun pisang, per bungkus dijualnya Rp1.500. Dalam sehari, dia mampu memproduksi 230 bungkus tempe kedelai kemasan plastik dan 500 bungkus kemasan daun pisang.

“Kami harus mengandalkan kedelai impor karena lebih berkualitas dibanding yang lokal,” kata dia yang mengaku sudah 35 tahun lebih memproduksi tempe kedelai ini.

Baca Juga: Mendag Sebut Harga Kedelai Naik Dampak El Nina di Amerika Selatan

Menurutnya kedelai lokal kulit arinya terlalu banyak dan kurang bersih. Jika dimasak, rasa dan teksturnya juga kurang enak. Selama ini kedelai yang digunakan impor dari Amerika dan Brasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya