SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas pasar tradisional (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Harga kebutuhan pokok yang melonjak dapat disebabkan banyak hal.

Harianjogja.com, JOGJA — Harga bahan pangan yang sampai di tangan konsumen sudah dipengaruhi permainan tengkulak dan panjangnya rantai distribusi. Hal itu diperlukan pengelolaan tata niaga yang tepat dan bisa dicapai dengan komitmen dari masing-masing kabupaten dan kota.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tingginya harga dipengaruhi beberapa hal seperti kurangnya pasokan, banyaknya permintaan, dan panjangnya rantai distribusi. Selain itu, ada kondisi psikologis masyarakat baik pedagang maupun konsumen jika kenaikan harga biasa terjadi saat Ramadan dan Lebaran.

Kondisi psikologis itu, ditambah dengan panjangnya rantai distribusi sehingga harga menjadi sangat tinggi begitu sampai di tingkat konsumen. Untuk mencari solusi jangka panjang terhadap kondisi itu, perlu adanya penataan tata niaga.

Asekda Perekonomian dan Pembangunan DIY sekaligus Koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Gatot Saptadi mengatakan hal itu merupakan rencana jangka panjang dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Namun, hal ini sangat tergantung dari komitmen masing-masing kabupaten dan kota untuk merealisasikan pembenahan tata niaga.

“Kami hanya bisa mendorong mereka untuk segera bergerak,” kata dia ketika ditemui di Kompleks Kepatihan, Jogja, Senin (20/6/2016).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto pernah mengatakan, DIY masih memiliki ketergantungan dengan komoditas dari luar DIY sebanyak 70%. Sementara itu, hal yang dihadapi adalah panjangnya rantai distribusi dari produsen ke konsumen. Setiap bahan pangan, panjang rantai distribusi bisa sampai tuju mata rantai di mana setiap rantai ambil keuntungan tujuh persen hinga sembilan persen.

“Petani juga tidak menikmati karena harga dari mereka rendah. Tetapi, karena panjangnya rantai distribusi jadinya mahal,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Wilayah (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Arief Budi Santoso mengatakan, upaya untuk memperbaiki panjangnya rantai distribusi telah dilakukan oleh TPID dan segera diimplementasikan. TPID tengah mempelajari masing-masing tata niaga dari masing-masing bahan pangan karena berbeda-beda.

Arief mengungkapkan, TPID sudah melakukan pemetaan dan komunikasi dengan asosiasi-asosiasi produsen bahan pangan di DIY.

“Kita enggak akan memutuskan rantai distribusi tetapi memberi alternatif rantai,”  ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya