SOLOPOS.COM - Bulog menggelar pasar murah meras kualitas bagus di halaman Kantor Perum Bulog Divre DIY, Jogja, Selasa (27/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harga kebutuhan pokok untuk beras dikhawatirkan naik.

Harianjogja.com, JOGJA—Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre DIY memperkirakan harga beras akan merangkak naik karena hasil panen menipis dan musim tanam yang tertunda.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Kepala Perum Bulog Divre DIY Langgeng Wisnu Adi Nugroho mengungkapkan, ada kenaikan harga beras di pasaran meskipun tidak begitu terasa. Kenaikan yang terjadi sekitar Rp100 per kg.

“Kemungkinan, pada November hingga Januari harga beras akan tinggi,” ujar dia ketika ditemui di Kantor Perum Bulog Divre DIY, Jogja, Selasa (27/10).

Ia menjelaskan, hal itu disebabkan hasil panen masyarakat semakin menipis. Kemungkinan, setelah Desember, akan kesulitan untuk menyerap beras karena stok di masyarakat menipis. Selain itu, kekeringan yang panjang akibat dari El Nino membuat jadwal tanam mundur. Jika, akhir November hujan turun, petani tidak bisa langsung menanam padi. Mereka harus menyiapkan lahan terlebih dahulu. Diperlukan waktu sekitar empat bulan sampai bisa panen.

“Jika menanam mulai Desember, maka baru panen akhir Maret tahun depan. Itu kalau hujannya benar akhir November. Kalau mundur lagi ya pasti akan mundur semua,” ujar dia.

Namun, ia mengaku, Bulog telah menyiapkan langkah antisipasi. Misalnya dengan memaksimalkan penyerapan beras di masyarakat sehingga stok beras cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mengadakan operasi pasar, dan impor beras. Operasi pasar mulai dilakukan dengan menggunakan beras komersil kualitas bagus di tiga pasar yakni Sentul, Lempuyangan, dan Serangan.

Beras yang dijual merupakan beras premium broken 10% yang dijual dengan harga Rp9.700 per kg dan premium broken 15% Rp9.350 per kg. “Kami ingin melihat animo masyarakat terlebih dahulu terhadap beras premium ini,” ujar dia.

Ia menjelaskan, stok beras Perum Bulog Divre DIY untuk rasta sebesar 22.310 ton per Senin (26/10). Jumlah tersebut, cukup untuk memenuhi kebutuhan rasta sampai Februari. “Lima bulan lagi cukup. Tapi sampai Februari karena pada November ada penyaluran rasta ke-14,” ujar dia.

Untuk pengadaan, sampai Senin tercatat sebesar 47.394 ton atau sekitar 86% dari target serapan 55.000 ton untuk 2015. Masih ada waktu sekitar dua bulan untuk memaksimalkan serapan beras. Saat ini, serapan beras rata-rata per hari sekitar 150 hingga 200 ton.

“Kami sudah menerima surat dari Gubernur DIY untuk antisipasi dampak El Nino,” ujar dia.

Lurah Pasar Beringharjo Timur Sumarno mengatakan, harga beras baik IR I maupun IR II masih terpantau stabil di angka Rp10.000 per kg dan Rp9.500 per kg. “Belum ada kenaikan untuk harga beras. Saya harap tidak akan ada kenaikan harga,” ujar dia.

Sementara, dari data Disperindagkop dan UKM DIY, harga rata-rata beras di Jogja tidak fluktuatif. Dari awal Oktober hingga Selasa (27/10), harga rata-rata beras IR I hanya mengalami kenaikan Rp33 per kg dari Rp10.233 per kg di awal bulan, menjadi Rp10.266 per kg. Sementara, harga beras IR II stabil di angka Rp9.666 per kg. Harga rata-rata tersebut didapat dari pantauan di tiga pasar yakni Beringharjo, Demangan, dan Kranggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya