SOLOPOS.COM - Ilustrasi Daging Sapi (Dok/JIBI/Solopos)

Harga kebutuhan pokok melonjak setiap Ramadan, bahkan hingga kini harga daging sapi masih mahal. Soal daging, kebijakan SBY dinilai jadi biangnya.

Solopos.com, JAKARTA — Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai kebijakan swasembada di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebabkan harga daging sapi melonjak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan pada 2009 sebanyak 60% kebutuhan daging sapi nasional didapatkan dari impor. Saat itu, Menteri Pertanian berambisi mewujudkan swasembada daging sapi dengan memotong 10% kuota impor.

Ekspedisi Mudik 2024

Kebijakan tersebut menyebabkan daging sapi langka sehingga harganya melejit jauh dari harga normal waktu itu yang hanya Rp60.000 per kilogram. Harga terus menanjak hingga mencapai puncak Rp130.000 per kilogram hingga sekarang. “Harga daging sapi mahal karena kebijakan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono,” katanya dalam acara diskusi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dan KPPU di Jakarta, Selasa (14/6/2016).

Saat ini pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menginginkan harga daging sapi turun menjadi Rp85.000 per kilogram. Menurut dia, harga tersebut tidak mungkin tercapai dalam waktu singkat.

Dia menjelaskan pasokan daging sapi di Indonesia terdiri dari tiga sumber yakni daging sapi impor atau biasa disebut daging beku, dan sapi lokal. Impor daging sapi beku dari Australia memang bisa dijual dengan harga Rp65.000 per kilogram hingga Rp70.000 per kilogram. Namun daging ini biasanya diperuntukkan bagi industri.

Adapun impor sapi bakalan yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat sangat sulit untuk mencapai harga Rp85.000 per kilogram dalam waktu dekat. Impor sapi bakalan harus digemukkan terlebih dahulu dari berat awal sekitar 150 kilogram menjadi 400 kilogram hingga 450 kilogram.

Harga sapi dari Perusahaan penggemukan sapi (feedloter) sebenarnya cukup rendah sekitar Rp42.500 per kilogram hingga Rp43.000 per kilogram. Harga ini akan melonjak hingga Rp106.000 per kilogram saat dijual oleh rumah potong hewan. Lonjakan harga tersebut terjadi karena tidak semua bagian daging sapi bisa dijual. Sampai di tangan pedagang pengecer, harga daging sapi bisa melonjak hingga Rp126.000 per kilogram.

Jika pemerintah menginginkan harga daging sapi di level Rp80.000 per kilogram, ungkapnya, harga di tingkat feedloter harus ditekan hingga Rp33.000 per kilogram hingga Rp34.000 per kilogram.

Dia melanjutkan harga di feedloter sangat tergantung waktu impor. Jika impor dilakukan saat musim hujan atau musim dingin maka harga sapi akan tinggi. Perbedaan harga bisa mencapai US$0,05 per kilogram sapi hidup. Selain itu, membeli sapi bakalan saat musim dingin juga membutuhkan ongkos transportasi yang lebih mahal.

Persoalan di Indonesia, pengimpor tidak bisa mengatur waktu impor karena pemerintah menetapkan sistem kuota per kuartal. Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan agar sistem kuota dalam impor sapi bakalan diubah menjadi sistem tarif. “Biar mereka [importir] bisa menyesuaikan [impor di saat harga murah],” jelasnya.

Dia optimistis perubahan skema impor ini akan menurunkan harga daging sapi ke level Rp85.000 per kilogram. Namun, tetap saja perubahan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat. “Mungkin bisa setahun ke depan,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya