Harga kebutuhan pokok untuk cabai tetap tinggi
Harianjogja.com, JOGJA — Harga cabai rawit yang masih dijual tinggi hingga saat ini, tidak lagi sekadar persoalan cuaca. Permainan harga oleh mafia cabai dinilai menjadi salah satu pemicu tingginya harga cabai yang dianggap tidak wajar.
Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda
Permainan harga ini dialami pelaku usaha kuliner lain di Indonesia. Padahal cabai merupakan salah satu komoditas pokok yang tidak hanya dibutuhkan dunia usaha, tetapi juga masyarakat sebagai konsumen langsung.
“Kalau kami [pelaku usaha kuliner], dengan kondisi harga cabai ini memang tidak terlalu berpengaruh besar. Hanya saja, keuntungan berkurang 50 persen, karena biaya belanja juga pasti naik sekitar tiga sampai empat persen per hari,” jelas Ketua Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (Aspekindo), Yoyok Hery Wahyono dalam Seminar Harga Cabai Semau Gue yang digelar oleh Aspekindo dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jogja, Rabu (22/2/2017)
Adanya praktik mafia cabai juga diamini Pembina Petani Cabai Magelang, Tunov Mondro Atmodjo. Tunov mengungkapkan salah satu penyebab lain mahalnya harga cabai di pasaran karena panjangnya rantai distribusi. Beberapa strategi yang dapat dilakukan petani untuk memutus rantai distribusi, yakni koordinasi dengan pengepul pasokan, kontinuitas pasokan dan menjalin jejaring rantai pasokan.
“Paling tidak, kelompok tani melakukan panen yang hanya dilakukan pada jadwal petik yang sudah disepakati. Kalau jadwal petik berbeda tiap petani, maka itu yang membuat harga mahal,” ungkap Tunov.