SOLOPOS.COM - Petani porang Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, Supriyanto, saat memanen porang hasil budidayanya di desa setempat. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Petani porang asal Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, Supriyanto, untung sekitar Rp56 juta setelah panen tanaman tersebut di lahan seluas 1,5 hektare. Padahal, harga jual porang sudah turun dibanding tahun lalu.

Supriyanto menyebut harga satu kilogram porang saat ini sebesar Rp7.300. Pada tahun lalu, harga porang sendiri mencapai Rp12.000 per kilogram. Kendati demikian, menurutnya harga saat ini sudah cukup bagus. Sedangkan harga pada tahun lalu itu dianggapnya tidak ada nilai kewajarannya karena terlalu tinggi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Baca Juga: Maskapai Baru Super Air Jet Resmi Terbang Terjadwal di Indonesia

Awalnya, Supriyanto menanam porang di lahan seluas 2,5 hektare. Namun, pada tahun ini porang yang dipanen hanya di lahan seluas 1,5 hektare. Dari lahan 1,5 hektare itu, dia menghasilkan 14 ton porang.

“Bagi saya yang sudah bertani porang lama, harga segitu sudah istimewa, terlebih saat ini masih pandemi Covid-19. Harga 7.000 ke atas per kilogram itu sudah luar biasa. Karena pada 2016-2017, harga satu kilogram porang hanya Rp2.500, tertinggi hanya Rp3.000,” ungkap dia.

Supriyanto mengatakan, berdasarkan perhitungan, satu pohon porang itu mengeluarkan modal Rp3.000. Biaya itu mencakup pembelian bibit, perawatan, penen hingga sewa lahan.

Jika satu batang porang berat umbinya satu kilogram, maka satu pohon porang bisa menghasilkan Rp7.300. Padahal, umbi yang dipanen Supriyanto rata-rata memiliki berat 1,5 kilogram hingga dua kilogram. Sehingga satu pohon bisa menghasilkan Rp10.000 hingga Rp14.000.

Baca Juga: Gaji Gibran Wali Kota Cuma Rp2,1 Juta/Bulan, Beda Tipis dengan UMK Solo 2021

“Katakanlah biaya transportasi untuk mengirim porang itu Rp300, Jadi modal satu pohon hanya Rp3.300. Ya kalau satu pohon minimal satu kilogram berarti satu pohon untungnya Rp4.000. Jadi masih untung, euforia dan realita itu beda,” ujar anggota DPRD Wonogiri dari fraksi PDIP itu.

Dengan begitu, jika hasil panen Supriyanto mencapai 14 ton dan setiap pohon untung Rp4.000 dengan berat umbi satu kilogram, maka keuntungan yang didapat mencapai Rp56 juta. Padahal, umbi bibit yang ia panen berkisar antara 1,5 kilogram hingga dua kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya