SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3kg alias gas si melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Solopos.com, KLATEN—Pemkab Klaten mewaspadai potensi terjadinya lonjakan kebutuhan elpiji 3 kilogram alias gas melon di masyarakat seiring meroketnya harga elpiji nonsubsidi sejak akhir Desember 2021. Hingga sekarang, pemenuhan kebutuhan elpiji 3 kilogram di Kabupaten Bersinar dinilai masih aman dan lancar.

Hal itu diungkapkan Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Setda Klaten, Cahyo Dwi Setyanta, saat ditemui Solopos.com, di Sribit, Kecamatan Delanggu, Selasa (11/1/2022). Di Klaten, kebutuhan elpiji 3 kilogram mencapai kurang lebih 40.000 tabung per hari.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saat ini, kenaikan harga elpiji nonsubsidi sangat tinggi. Yang perlu kami antisipasi adalah adanya peralihan penggunaan elpiji secara besar-besaran dari nonsubsidi ke elpiji 3 kilogram. Kami pun memantau terus di lapangan. Hasilnya, alokasi dan pemenuhan kebutuhan elpiji 3 kilogram di Klaten masih aman dan lancar. Sampai sekarang belum perlu dilakukan usulan tambahan elpiji 3 kilogram,” kata Cahyo Dwi Setyanta.

Baca Juga: Kopek, Cara Lain Satlantas Wonogiri Tindak Pelanggar Lalu Lintas

Cahyo Dwi Setyanta mengatakan jumlah agen elpiji di Klaten mengalami kenaikan signifikan sepanjang tahun 2016 hingga 2024. Hingga sekarang, di Klaten terdapat 24 agen elpiji.

“Di tahun 2016 itu di Klaten baru ada 11 agen. Setelah 11 agen itu bertambah menjadi 13 agen, 16 agen, 21 agen, dan 24 agen di tahun 2021. Penambahan itu disesuaikan dengan kebutuhan di Klaten. Masing-masing agen itu sudah membawa kuota sendiri-sendiri. Sehingga, kebutuhan elpiji di Klaten relatif aman,” katanya.

Sebelumnya, salah seorang penjual elpiji di Klaten, Sudirin, mengatakan kenaikan elpiji 12 kilogram di Kabupaten mulai berlangsung, 25 Desember 2021. Selain elpiji 12 kilogram, elpiji ukuran 5,5 kilogram juga naik.

Baca Juga: Siap-Siap, Satlantas Wonogiri Intensifkan Tindak Pelanggar Lalu Lintas

“Yang naik itu elpiji nonsubsidi. Kenaikan elpiji 12 kilogram hingga Rp24.000 per tabungnya. Penjualan elpiji 12 kilogram sangat sulit. Satu pekan paling hanya terjual satu tabung. Itu pun yang membeli dari kalangan rumah tangga. Kalau pengelola warung, biasanya memilih elpiji 3 kilogram,” katanya.

Ibu Slamet, 54, pemilik Sop Ayam Pak Slamet di Klaten Tengah, mengaku sempat menggunakan elpiji 12 kilogram di awal pandemi Covid-19. Lantaran penjualan menurun, dirinya memilih menggunakan elpiji 3 kilogram alias tabung gas melon.

“Kalau elpiji 12 kilogram masih punya. Tapi sudah enggak dipakai. Saya pilih yang 3 kilogram. Soalnya, harga lebih murah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya