SOLOPOS.COM - KENAIKAN GAS ELPIJI 12 KG Pekerja menata tumpukan gas elpiji 12 kg di salah satu agen di Jakarta, Selasa (2/1). Untuk menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg yang mencapai rata-rata Rp6 triliun per tahun, Pertamina menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg atau 68% menjadi Rp117.708 per tabung setelah harga sebelumnya Rp70.200 per kg.

Harianjogja.com, JOGJA- PT Pertamina (Persero) memutuskan menaikkan harga elpiji non-subsidi kemasan 12 kg, Rabu (10/9/2014). Penyesuaian harga diputuskan sebesar Rp1.500 per kg terhitung sejak tanggal 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat.

External Relation Pertamina Region Jawa Tengah dan DIY Robert MV Dumatubun menuturkan kenaikan harga didorong oleh tingginya harga elpiji di pasar internasional dan turunnya nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut, katanya, mengakibatkan beban kerugian perusahaan semakin tinggi.

Promosi Kisah Agen Mitra UMi di Karawang: Penghasilan Bertambah dan Bantu Ekonomi Warga

“Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata Elpiji 12 kg nett dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp 6.069 per kg,” kata Robert Rabu (10/9/2014).

Dia menjelaskan apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transport, filing fee, margin Agen dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp9.519 per kg atau Rp114.300 per tabung dari sebelumnya Rp7.731 per kg atau Rp92.800 per tabung.

“Kalau dibandingkan dengan harga keekonomian Elpiji, harga jual tersebut masih jauh di bawah keekonomiannya,” ujarnya.

Sebab, lanjut Robert, berdasarkan rata-rata CP Aramco year on year (y-o-y) Juni 2014 sebesar US$891,78 per metric ton dan kurs Rp11.453 per US$. Dengan ditambah komponen biaya tersebut, maka harga keekonomian Elpiji 12kg saat ini seharusnya Rp15.110 per kg atau Rp181.400 per tabung. Dengan penyesuaian tersebut, diharapkan Pertamina dapat menekan kerugian bisnis Elpiji 12 kg pada 2014 sebesar Rp452 miliar.

“Dari prognosa semula Rp6,1 triliun menjadi Rp5,7 triliun dengan proyeksi tingkat konsumsi Elpiji 12 kg mencapai 907.000 metric ton. Kerugian ini masih melebihi proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp5,4 triliun yang dipatok pada asumsi CP Aramco sebesar US$833 per metric ton dan kurs Rp10.500 per US$,” jelasnya.

Untuk menjamin kelancaran pasokan kepada konsumen, jelasnya, Pertamina Region IV Jawa Tengah DIY memastikan ketersediaan suplai Elpiji di masyarakat baik untuk 12 kg maupun 3 kg. Selain sosialisasi, pihaknya juga melakukan peningkatan stok dimana status hari ini dalam kondisi aman di atas 16 hari.

“Kami juga melakukan optimalisasi jalur distribusi Elpiji melalui SPBU dan juga modern outlet,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto menyatakan, pihaknya siap menjalankan kebijakan Pertamina dan mengikuti aturan yang ditetapkan. Pihaknya juga tidak mengkawatirkan adanya peralihan konsumen gas elpiji dari 12kg ke 3kg. Sebab, sambung Siswanto, baik gas tabung biru maupun Bright Gas sama-sama berisi 12kg. Dengan demikian, kemungkinan eksodus konsumen dari tabung gas 12kg reguler ke tabung gas 3kg bersubsidi kecil.

“Kalau penjualan 12 kg menurun akibat kenaikan harga itu wajar. Namun proses tersebut tidak akan lama dan semua akan kembali normal,” katanya.

Branch Manager Pertamina Area DIY dan Surakarta Fredy Anwar mengatakan jumlah konsumsi tabung gas Elpiji di DIY untuk setiap ukurannya berbeda-beda. Untuk gas ukuran 12 kg rata-rata terjual 160.000 tabung per bulan. Sementara, untuk penjualan bright gas (12kg) rata-rata 1.800 tabung per bulan. Adapun gas ukuran 3 kg rata-rata terjual 86.000 tabung per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya