SOLOPOS.COM - Pedagang aneka bahan pangan di Pasar Wonogiri, Tri, menimbang beras di los pedagang lantai II Pasar Wonogiri, Rabu (1/3/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga jual beras di Kabupaten Wonogiri ikut tertekan menyusul anjloknya harga gabah kering panen (GKP) maupun gabah basah panen (GBP) beberapa waktu terakhir.

Pedagang aneka bahan pangan di Pasar Kota Wonogiri, Tri, saat ditemui Solopos.com di los pedagang lantai II, Rabu (1/3/2023), mengatakan harga beras kualitas medium turun menjadi 11.500/kg dari semula Rp13.000/kg.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Penurunan harga itu terjadi secara bertahap sejak tiga pekan lalu. “Ini kan petani-petani padi di Wonogiri sudah mulai panen. Jadi persediaan beras sudah banyak. Harganya jadi turun,” kata Tri.

Tri mengaku hanya menjual beras kualitas medium produksi lokal Wonogiri. Dia biasa kulak beras dari Kecamatan Girimarto dan wilayah pertanian lain di Kabupaten Wonogiri.

Menurutnya penurunan harga beras di Wonogiri itu tidak lantas meningkatkan penjualan. Sebaliknya, turunnya harga beras justru menurunkan penjualan beras.

Pada saat harga beras sedang tinggi, yaitu Rp13.000/kg, Tri bisa menjual beras sebanyak 2 ton dalam tiga hari. Sedangkan sekarang, beras 2 ton baru habis terjual selama sepekan.

Hal itu karena banyak keluarga di Wonogiri yang pekerjaannya sebagai petani. “Mereka sudah punya beras sendiri. Jadi walaupun harga beras turun, warga Wonogiri banyak yang enggak beli beras,” ujar dia.

Kondisi itu berbeda ketika harga beras tinggi. Harga beras tinggi dipengaruhi ketersediaan beras di pasaran sedikit meski tidak sampai terjadi kelangkaan. Selain itu, persediaan beras di masyarakat juga sudah habis.

Pada saat itu, warga mulai membeli beras di pasar. “Barangnya sedikit, tapi pembelinya banyak. Makanya harga beras naik, kemarin-kemarin itu,” ucapnya.

Pedagang Makanan Senang

Tri memprediksi penurunan harga beras ini tidak akan berlangsung lama. Sebab sebentar lagi memasuki Ramadan dan Idulfitri. Menurut dia, dua momen itu akan mengerek kembali harga beras karena permintaan menjolak.

Pedagang bahan pangan lain di los pedagang lantai I Pasar Wonogiri, Karsi, menyebut meski harga beras turun, tingkat penjualan tidak berubah signifikan. Malahan, ada penurunan.

Banyak petani-petani beras yang menahan hasil panennya karena harga gabah sedang turun. “Masyarakat sudah punya beras dari hasil menanam sendiri,” kata Karsi.

Sementara itu, penurunan harga ini disyukuri beberapa pengusaha warung makanan, salah satunya Wiwin di Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogi. Selama lebih kurang dua bulan, Wiwin membeli beras seharga Rp13.000/kg.

Hal itu membuat omzetnya turun. Apalagi dalam sehari dia bisa menghabiskan 2-3 kg beras untuk bahan makanan yang dijual. “Kalau bisa ya turun lagi, kayak tahun lalu, Rp10.000/kg. Itu sudah paling oke,” ucapnya.

Hal serupa diungkapkan penjual angkringan di Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, Eko, yang sempat kesal karena harga beras terlampau tinggi beberapa pekan lalu.

“Walaupun istilahnya selisih harganya enggak banyak. Tapi kalau beli terus setiap hari, terus dikalikan, kan lumayan. Yang seharusnya bisa untung lebih, jadi berkurang. Alhamdulillah ini sudah mulai turun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya