SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setiap orang pasti punya harga diri. Manusia ingin mendapat perhatian, kasih sayang, kebahagiaan dan penghargaan dari sesamanya. Ia mengatur tingkah lakunya, bersolek, belajar dengan tekun, bekerja keras untuk menghasilkan sesuatu karya atau prestasi terdorong karena ingin dihargai. Suatu yang berharga itu dapat diibaratkan sebagai emas murni. Emas tetap saja sangat berharga dan dicari orang sekalipun terletak di antara kotoran.

Di dalam Dhammapadha Buddha bersabda: “Siapa yang dapat mencela orang yang seperti emas murni? Para dewa akan selalu memuji, demikian pula Brahma memujinya”. Apa yang menentukan harga diri atau kemuliaan seseorang? Banyak kesempatan Buddha menyatakan, perbuatan (karma) masing-masing orang yang menentukan martabatnya sendiri. Orang yang lurus, yang memiliki kejujuran dan kebenaran, dapat memilih apa yang baik dan menghindari yang buruk, dialah yang memiliki harga diri sehingga pantas dimuliakan.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Memiliki harga diri justru bukan menyombongkan diri. Orang yang memiliki harga diri mengingkari egoisme. Ia rendah hati. Ujar Laotse, ia memiliki tiga macam harta, yang pertama adalah cinta, kedua kesederhanaan dan ketiga tidak pernah menjadi yang pertama di dunia. Suatu  kebodohan, kata Buddha, jika orang menginginkan nama yang palsu, ingin menonjol, ingin berkuasa atau gila hormat.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam hal seorang pejabat menjaga harga diri dan bangga pada jabatannya, ia bukan menjadi sombong karena kedudukannya. Ia dihargai karena rendah hati, tahu diri, berbuat baik dan berjalan lurus. Ia tidak akan menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapa pun juga, yang diketahuinya atau mempunyai hal yang bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaannya itu.

Menjadi pembantu Buddha adalah suatu kehormatan. Selama dua puluh tahun pertama, Buddha memiliki berbagai macam pembantu. Tak seorang pun di antaranya yang dapat melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Setelah berusia lima puluh tahun, Buddha memerlukan seorang pembantu tetap yang dapat dipercaya dan diandalkan. Banyak murid-Nya yang menyatakan diri siap untuk menjadi pembantu Buddha. Tetapi Buddha sendiri tidak berkenan dengan semua calon itu. Tinggallah Ananda yang masih berdiam diri. Semua murid melihat kepadanya dan meminta agar ia mengajukan diri. Ananda berkata bahwa sudah barang tentu Buddha yang paling tahu siapa yang paling tepat untuk menduduki jabatan tersebut. Sedemikian mendalam keyakinan Ananda sehingga tak terpikir olehnya untuk mengutarakan sendiri bahwa ia ingin sekali menjadi Pembantu Buddha.

Kemudian Buddha menyatakan bahwa Ananda pantas mendampingi Beliau dan ia menginginkan Ananda menjadi pembantu-Nya. Ananda sama sekali tidak sombong, bahkan mengajukan permohonan yang menunjukkan bagaimana ia tahu menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Ada delapan hal yang dimohonkan Ananda, dan Buddha berkenan memenuhinya. Pertama, jika ada jubah yang dipersembahkan kepada Buddha, Buddha tidak akan memberikan jubah itu kepadanya. Kedua, Buddha tidak akan memberikan kepadanya dana makanan apapun yang dipersembahkan untuk Buddha sendiri. Ketiga Buddha tidak akan memintanya untuk memakai tempat berteduh atau kamar istirahat yang dipersembahkan khusus untuk Buddha pribadi. Keempat, kalau Buddha menerima undangan pribadi, maka undangan itu tidak termasuk untuk dirinya. Kelima, jika ia menerima undangan atas nama Buddha, maka Buddha akan memenuhinya. Keenam, jika ada orang yang datang dari jauh, ia boleh membawanya menghadap kepada Buddha. Ketujuh, setiap waktu jika memiliki pertanyaan, ia diperbolehkan untuk bertanya kepada Buddha. Kedelapan, apa pun kotbah yang disampaikan oleh Buddha sewaktu ia berhalangan mengikutinya, akan diulang kembali untuknya secara pribadi.

Empat syarat pertama yang diajukan Anada menunjukkan bahwa ia menerima kedududkan itu tidaklah karena ingin mendapatkan hadiah dan menikmati fasilitas. Orang mungkin bertanya-tanya, apa manfaatnya memiliki kedudukan sebagai pembantu Buddha itu? Jawabannya terdapat pada empat syarat berikutnya, yang menjamin agar Ananda sendiri mendapat kepercayaan masyarakat dan memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya. Ananda contoh dari orang yang memiliki harga diri sekaligus pula tahu diri.

Mudah-mudahan apa yang dilakukan Ananda memberikan ispirasi kepada kita dalam kehidupan sekarang ini. Banyak orang di zaman sekarang yang dekat dengan orang yang memiliki pengaruh dalam masyarakat hanya karena untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata. Bahkan kadang rela mengorbankan harga dirinya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Semoga kita menjadi orang yang tahu diri dan mejaga harga diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya