SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SEMARANG – Pakar peternakan Universitas Diponegoro Semarang Prof Sunarso mengatakan kenaikan harga daging sapi yang terjadi belakangan ini tak dinikmati oleh para peternak sapi.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Yang menikmati ya pedagang sapi atau blantik, kalau peternak sapinya tidak atau belum terlalu menikmati kenaikan harga daging sapi di pasaran,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan Undip itu di Semarang, Senin. Menurut dia, kebanyakan peternak sapi di Indonesia selama ini masih memiliki sistem pemasaran yang lemah sementara keberadaan blantik yang mengambil stok sapi-sapi dari peternak memang cukup kuat. Akibatnya, kata dia, peternak sapi justru tidak banyak menikmati keuntungan meski kenaikan harga daging sapi beberapa waktu lalu sangat drastis, bahkan di sejumlah daerah mencapai Rp100 ribu/kilogram.

Ia mengakui melonjaknya harga daging sapi di pasaran sejak beberapa waktu lalu memang disebabkan banyak faktor, salah satunya menipisnya stok daging sapi sementara permintaan masyarakat relatif tetap. “Sepengetahuan saya, tingkat konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi oleh masyarakat Indonesia masih sedikit. Meski demikian, jika suplai berkurang sementara permintaan tetap, harga naik,” katanya.

Kebijakan pemerintah yang memangkas kuota impor daging sapi dari luar negeri, ungkap dia, turut menjadikan andil dalam melonjaknya harga daging sapi di pasaran, meski tujuan pemerintah sebenarnya baik. Sunarso yang juga Sekretaris Senat Undip itu mengatakan pemangkasan kuota impor daging oleh pemerintah memang dimaksudkan untuk menyiapkan swasembada daging sapi yang diharapkan tercapai 2014.

Namun, kata dia, kemungkinan para blantik “bermain” sehingga menyebabkan kelangkaan suplai daging di pasaran juga bisa menyebabkan kenaikan sehingga harus segera diselesaikan untuk menstabilkan kembali harga. Ia menjelaskan pemerintah sebaiknya mengkaji kembali program Sapta Usaha Peternakan semasa pemerintah Orde Baru yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas sektor peternakan, termasuk sapi di tanah air.

Program Sapta Usaha Peternakan, kata dia, meliputi penyediaan bibit unggul, perkandangan, pakan berkualitas, pengendalian hama dan penyakit, perkembangbiakan, pemasaran, hingga pengelolaan pascapanen. “Tujuh poin itu sangat berperan dalam memajukan peternakan sehingga harus dikuatkan. Kalau peternak bisa meningkatkan produksi, tetapi pemasarannya masih lemah ya sama saja. Kasihan peternak,” kata Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya