SOLOPOS.COM - Pembuat abon sapi Ksatrian, Tri Rahayu (Yayuk), menunjukkan aneka produk olahan daging sapi yang ia buat di Jagalan, Jebres, Solo, Minggu (25/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)


Pembuat abon sapi Ksatrian, Tri Rahayu (Yayuk), menunjukkan aneka produk olahan daging sapi yang ia buat di Jagalan, Jebres, Solo, Minggu (25/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

SOLO — Kenaikan harga daging sapi beberapa waktu lalu berimbas pada kenaikan harga produk turunannya. Berdasarkan pantauan Solopos.com di sejumlah pembuat abon sapi di Jagalan, Jebres, Solo, harga abon sapi naik Rp2.000-Rp6.000/kg.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembuat abon sapi Ksatrian, Tri Rahayu, mengatakan setelah daging sapi naik harga abon yang semula Rp150.000/kg naik menjadi Rp156.000/kg. Selain harga daging daging sapi, kenaikan itu juga dipengaruhi oleh bahan penunjang lain yang juga turut naik.
“Harga daging sapi meroket dari Rp65.000/kg hingga Rp90.000/kg. Bahan penunjang lain seperti bawang dan gula pasir juga naik, kami pusing menentukan harga,” ujarnya kepada Solopos.com.

Ekspedisi Mudik 2024

Karena kenaikan harga itu, ia juga mengurangi jumlah produksi abon dan dendeng. Jika biasanya ia mengolah 10 kg daging sapi per hari, kini ia hanya mengolah 6 kg daging/hari. Wanita yang akrab disapa Yayuk itu membuat berbagai produk olahan sapi seperti rambak, dendeng, abon dan serundeng. Ia biasanya mengirimkan produk itu ke Jakarta, Bandung dan di sekitar Solo.

“Kalau pedagang eceran dan grosiran tidak mau naik harganya, ya kami tidak produksi. Kami hanya melayani pesanan dari mereka yang mau menerima kenaikan harga,” terangnya.

Produk olahan sapi di toko Ksatrian itu dijual dalam kemasan plastik ukuran 1 ons dan ¼ kilogram. Abon sapi kemasan ¼ kg misalnya dijual dengan harga Rp39.000. Sedangkan untuk produk dendeng kemasan ¼ kg dijual dengan harga Rp36.500.

Yayuk sudah 13 tahun berkecimpung di usaha pengolahan daging sapi itu. Kenaikan harga daging sapi yang fantastis itu membuatnya susah mengembangkan usahanya. Apalagi, saat ini usahanya masih terkendala peralatan pendukung yang masih minim.

Sementara itu, pedagang abon sapi PS, Supriyanto, yang berlokasi sama di Jagalan, juga mengatakan hal senada. Ia mulai menaikkan harga abon secara bertahap mulai Rp2.000/kg. Saat ini harga abon manis Rp142.000/kg. Sedangkan harga abon pedas Rp144.000/kg. Sebelum harga daging sapi naik abon PS bisa mengolah 50 kg, 70 kg hingga 1 kuintal daging sapi/hari. Saat ini, usaha mikro, kecil dan menengah itu hanya mengandalkan jumlah pasokan dari toko daging sapi Sarto Rahardjo.
“Jumlah daging sapi yang diolah tidak menentu setiap harinya. Tapi memang ada penurunan karena stok daging sapi juga menurun,” terang dia.

Supriyanto juga mengaku banyak keluhan datang dari pelanggan karena harga abon naik. Sebagian kecil pelanggan memahami kenaikan harga itu asalkan pembuat tidak menurunkan kualitas abon. Salah satu cara untuk menyiasati keluhan pelanggan itu adalah dengan mengurangi takaran abon. Misalnya, dengan harga Rp39.000 semula pembeli bisa mendapatkan ¼ kg abon, kini mereka hanya bisa mendapatkan 2 ons saja. Cara ini dinilai lebih efektif agar daya beli masyarakat tidak menurun.

Terpisah, pedagang daging sapi Lembu Katon, Antonia Sri Hayu, mengatakan saat ini harga daging sapi mentah masih berada pada harga Rp70.000-Rp80.000/kg. Harga itu dibanderol untuk penjual pedagang partai besar. Dalam sehari, Lembu Katon biasa memotong 3-4 ekor sapi.
“Harga dari peternak sapi potong juga masih tinggi Rp33.000/kg. Padahal satu ekor sapi beratnya bisa 7 kuintal hingga 8 kuintal. Kenaikan harga sapi potong Rp3 juta-Rp5 juta/potong,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya