KULONPROGO—Meski harga cabai di Kulonprogo tergolong tinggi, namun sejumlah petani mengaku tidak menikmati hasilnya. Bahkan, tidak sedikit yang mengeluh rugi akibat hasil panen yang buruk.
Tukiran, petani cabai warga Dusun Terban, Kecamatan Pengasih mengakui, harga cabai yang tinggi tidak dapat dinikmatinya. Pasalnya, tanaman cabai miliknya seluas 1.300 meterpersegi hasilnya nihil. Selain tumbuh kecil, cabai jenis Helix yang ditanam beberapa minggu lalu, hasilnya mengkerut.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Penyebabnya, jelas Tukiran, pasokan air ke sawahnya kurang. Padahal, para petani hanya mengandalkan sumur bor untuk menyirami tanaman cabainya. Bahkan, tambah dia, saking frustasinya, menantunya sempat akan membakar tanaman cabai ini karena kecewa menanggung kerugian besar.
“Soalnya kalau dijual termasuk cabai graping. Paling harganya tak sampai Rp7.000 perkg. Kalau yang Helix bagus bisa dihargai Rp12.500 per kg,” ceritanya kepada Harian Jogja, Rabu (12/10).
Hal senada juga disampaikan Safiatun, petani lainnya di Terban. Menurutnya, ongkos produksi tanaman padi saat ini terbilang tinggi. Mulai dari perawatan tanaman, pemupukan, penyemprotan hama hingga penyiraman. Untuk seribu meter sawah, jelasnya, dia harus menghabiskan biaya sekitar Rp3 juta.
“Saya rugi karena hasilnya kecil-kecil. Ini akibat kekurang air karena kemarau panjang. Padahal biaya produksinya tinggi sampai Rp3 juta,” keluh Safiatun.
Tingginya biaya produksi tanaman cabai, tambah Safiatun, disebabkan harga bibit cabai dan pupuk yang dinilainya mencekik. Untuk satu kepek bibit cabai, misalnya, dia harus mengeluarkan ongkos antara Rp140.000 hingga Rp150.000 untuk sekitar 20.000 bibit.(Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)