SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Harga cabai rawit merah di tiga pasar tradisional wilayah Sragen sempat turun pada Jumat (19/7/2019) namun naik lagi pada hingga Minggu (21/7/2019).

Harga cabai rawit merah di Pasar Bunder Sragen per Kamis (18/7/2019) masih Rp65.000/kg turun menjadi Rp62.000/kg per Jumat (19/72019). Namun harga itu kembali pada posisi semula Rp65.000/kg pada Minggu (21/7/2019).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sementara harga cabai rawit merah itu di Pasar Gemolong per Jumat turun dari Rp68.000/kg menjadi Rp64.000/kg. Demikian pula di Pasar Gondang, harga cabai rawit merah yang sebelumnya Rp66.000/kg, turun Rp3.000/kg menjadi Rp63.000/kg per Jumat.

Namun harga cabai rawit merah itu kembali naik pada Minggu menjadi rata-rata Rp65.000/kg. Hal itu disampaikan Kasi Pengawasan Distribusi Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen, Kunto Widyastuti, saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Kunto menjelaskan hasil survei per Jumat kebetulan ada stok barang sehingga harga dalam satu hari turun Rp3.000/kg. Namun pada Minggu harga kembali naik ke posisi semula.

“Harga cabai rawit merah kembali Rp65.000/kg. Cabai rawit hijau Rp40.000/kg, cabai merah keriting Rp60.000/kg, dan cabai merah besar Rp53.000/kg. Kalau dibandingkan harga per Jumat naik lagi. Cabai di pasaran Sragen berasal dari daerah seputaran Gunung Merapi. Itu pun barang jadi rebutan. Selain itu barang juga datang dari Semarang dan Jakarta. Kalau kalah kuat pedagang tidak bisa dapat barang sehingga harga melambung tinggi lagi,” jelasnya.

Dia menyampaikan barang dari Banyuwangi tidak ada yang masuk ke Sragen karena tidak ada pasokan dari petani. Sementara hasil panen dari Madura tersedot ke Jakarta semua.

Dia mengatakan petani cabai lokal belum bisa panen. Harga cabai sangat dipengaruhi stok barang di pasaran.

Sementara itu seorang petani cabai asal Ngoncol RT 001/RW 007, Kelurahan Nglorog, Sragen, Sulami, 60, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu, beralih bertanam cabai merah besar sejak sebulan terakhir. Sebelumnya Sulami menanam bawang merah tetapi gagal panen karena diserang hama ulat hijau. Biaya produksi bawang merah yang mencapai Rp15 juta hanya balik Rp2 juta.

“Sekarang mencoba beralih tanam cabai dengan harapan bisa menutup kerugian Rp13 juta itu. Cabai ini diprediksi akan panen pada akhir Agustus hingga September mendatang,” ujarnya.

Sulami sempat waswas karena sebagian tanaman cabai diserang tikus sejak tiga hari terakhir. Sebelumnya, ujar dia, tanaman cabai sempat keriting daunnya karena faktor cuaca.

“Daun keriting itu sudah bisa teratasi setelah disemprot. Tapi malah giliran tikus menyerang. Batang tanaman cabai jadi pupus semua karena diserang tikus. Ini jadi tantangan kami,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya