SOLOPOS.COM - Penjual menjajakan cabai di pasar darurat di Karanganom, Klaten Utara, Jumat (5/3/2021). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Harga cabai rawit merah di pasar tradisional di Klaten, masih tinggi dalam beberapa hari terakhir. Saking mahalnya harga cabai, cabai rawit busuk pun tetap laku di pasaran.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Klaten mulai menggila dalam 10 hari terakhir. Sejak saat itu, harga cabai rawit terus meroket.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Harga cabai rawit tiap kilogram berawal dari Rp50.000 per kilogram, Rp60.000 per kilogram, Rp65.000 per kilogram, Rp75.000 per kilogram, hingga mencapai Rp110.000 per kilogram.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Boyolali Jalan Terus, Kali Ini Menyasar 5.000 Orang

Ekspedisi Mudik 2024

Sejumlah pedagang di pasar tradisional menduga mahalnya harga cabai rawit itu disebabkan banyaknya petani yang gagal panen menanam cabai di tengah musim hujan. Sehingga, cabai di pasaran relatif langka.

"Harga cabai rawit terus berubah-ubah dalam 10 hari terakhir. Hari ini, harga cabai rawit masih di angka Rp110.000 per kilogram. Meski relatif tinggi, tetap ada yang membeli. Cuman, belinya tidak seperti biasanya. Jika biasanya membeli satu kilogram per hari, jadi setengah kilogram per hari," kata salah seorang penjual cabai rawit di Pasar Darurat di Karanganom, Klaten Utara, Sumarni, 55, saat ditemui wartawan di pasar setempat, Jumat (5/3/2021).

Di tengah tingginya harga cabai rawit, lanjut Sumarni, cabai rawit yang mulai membusuk juga laku keras di pasaran. Bahkan, cabai yang mulai membusuk lebih laku di pasaran dibandingkan cabai rawit yang berkualitas baik.

Baca juga: Jangan Kaget, Makanan Khas Indonesia Ini Dinobatkan Sebagai Sup Terenak se-Asia!

"Di saat seperti ini, cabai yang pateken atau ada busuknya sedikit tetap laku. Cuman harganya lebih rendah dari cabai kualitas normal. Biasanya Rp30.000 per kilogram. Setiap hari, saya bisa menjual cabai seperti itu 10 kilogram. Cabai seperti itu tetap laku karena harganya murah. Rasanya juga tetap pedas," katanya.

Tetap Membeli Cabai

Hal senada dijelaskan penjual cabai rawit lainnya di pasar darurat, Ngatmi, 52. Kenaikan harga cabai rawit merah saat ini paling tinggi dibandingkan kenaikan harga sembako lainnya.

"Harga cabai rawit fluktuatif, tapi harganya tetap di atas Rp100.000. Kalau cabai tampar atau teropong, harganya Rp43.000 per kilogram. Lantaran harga tinggi, cabai rawit yang ada busuknya sedikit tetap laku. Tapi saya seringnya hanya punya setengah kilogram hingga satu kilogram per hari," katanya.

Salah seorang pembeli cabai rawit di pasar tradisional, Umi, 55, mengaku tetap harus membeli cabai setiap harinya. Sehari-harinya, Umi berjualan nasi tumpang yang membutuhkan cabai.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 5 Maret 1960, Presiden Soekarno Bubarkan DPR

"Saya tahu harga cabai sangat tinggi sekarang ini. Tapi, saya tetap membeli. Soalnya memang butuh. Di tengah harga seperti ini, saya hanya membeli cabai rawit seperempat kilogram per hari," katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perdagangan dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disdagkop) dan UMKM Klaten, Mursidi, mengatakan kenaikan harga cabai rawit sebenarnya sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.

"Harga cabai rawit memang tinggi. Di beberapa pasar tradisional bahkan mencapai Rp115.000-Rp120.000 per kilogram. Penyebab tingginya harga cabai rawit karena banyak petani yang gagal panen. Di pasaran memang ada juga penjual yang menjual cabai busuk. Di pasaran memang ada peminatnya juga. Kami pun sudah mengimbau ke pedagang agar tak menjual cabai busuk," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya