SOLOPOS.COM - Ilustrasi bright gas atau elpiji kemasan tabung isi 5,5 kg produksi PT Pertamina. (Rachman/JIBI/Bisnis)

Kenaikan harga Rp5.000 untuk bright gas 5,5kg dan Rp10.000 untuk tabung 12kg tersebut cukup mengejutkan 

Harianjogja.com, JOGJA-Pengusaha pangkalan elpiji memprediksi masyarakat pengguna bright gas tidak akan beralih kembali ke elpiji 3kg atau melon seiring kenaikan harga bright gas yang ditetapkan Pertamina sejak Rabu (8/11/2017) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Yudi Santoso, pemilik pangkalan elpiji di Jetis, Ngemplak, Sleman mengatakan, saat ini sudah banyak masyarakat yang beralih dari elpiji 3kg ke bright gas. “Mau enggak mau beli bright gas karena sudah beli tabungnya. Sudah banyak konsumen itu menukarkan tabung melonnya ke bright gas. Jadi mereka pakainya ya bright gas terus,” katanya ditemui Harian Jogja di tokonya, Jumat (10/11).

Kenaikan harga Rp5.000 untuk bright gas 5,5kg dan Rp10.000 untuk tabung 12kg tersebut cukup mengejutkan karena ia mengaku tidak ada pemberitahuan resmi baik dari agen dan Pertamina. Informasi kenaikan harga justru ia terima melalui telepon dari pengecer 12kg.

Tidak adanya surat edaran resmi tersebut, memungkinkan masyarakat beranggapan pangkalan sudah memainkan harga. “Saya hanya bilang ke konsumen, kalau memang pemerintah atau Pertamina enggak menaikkan, silakan [elpijinya] dikembalikan, akan saya ganti,” ujar Yudi.

Pihaknya tak habis pikir dengan keputusan Pertamina menaikkan harga bright gas. Selama diluncurkan, bright gas sudah naik dua kali. Pertama sekitar lima bulan lalu atau belum lama dari peluncurannya, bright gas 5,5kg naik Rp2.000 dan sekarang menjelang akhir tahun naik Rp5.000.

Kendati demikian, ia tidak serta merta menaikkan harga Rp5.000 per tabung, tetapi Rp4.500. Hal itu ia lakukan untuk menjaga loyalitas konsumen mengingat juga tidak adanya surat edaran resmi. Saat ini ia menjual dengan harga Rp66.000 dari sebelumnya Rp61.500.

“Kita juga masih bingung. Kalau sudah fix, baru naik Rp5.000. Kalau yang 12kg sudah naik Rp10.000 jadi Rp142.000,” katanya.

Kenaikan harga elpiji langsung berimbas pada harga makanan di Jogja. Salah satu pengusaha nasi rames di kawasan Jetis, Jogja, terpaksa menaikkan harga agar tidak menanggung rugi. “Sekarang nasi sayur Rp6.000, kemarin Rp5.000,” kata narasumber yang enggan disebutkan namanya tersebut.

Ia mengatakan, kenaikan harga elpiji saat ini sangat signifikan dan sangat memberatkan para pengusaha kuliner. Jika harga makanan yang dijual tidak disesuaikan dengan kenaikan harga elpiji, mereka akan menanggung rugi. “[Kenaikan harga elpiji] lumayan kroso [terasa],” katanya.

Ia mengatakan, selama ini ia selalu menggunakan elpiji 12kg. Pada Rabu (8/11/2017) yang lalu, ia membeli elpiji dengan harga Rp145.000 atau meningkat Rp10.000 per tabung dari sebelumnya. Melihat kenaikan harga elpiji 12kg tersebut, ia pun memutuskan mengisi tabung elpiji 3kg yang kosong.

“Tapi ternyata juga mahal. Terakhir saya beli [elpiji 3kg] tiga minggu lalu Rp19.000, Rabu kemarin jadi Rp23.000. Enggak tahu ya apakah naiknya karena ikutan bright gas naik atau memang sudah lama karena lama enggak beli yang melon [elpiji 3kg],” katanya.

Ia sendiri terpaksa menaikkan harga nasi rames karena peningkatan harga elpiji saat ini sangat tinggi. Ditambah harga sayuran dan hampir semua kebutuhan pangan yang naik, membuatnya harus segera menaikkan harga nasi rames Rp1.000 per porsi.

Sementara itu, Andar Titi Lestari selaku Unit Manager Communication & CSR MOR IV PT Pertamina (Persero) mengatakan, kenaikan harga sudah disosialisasikan kepada agen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya