Solopos.com, SUKOHARJO – Pengusaha kain tenun Desa Tawang, Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah sempat tak bisa pasarkan kain karena kenaikan harga bahan baku. Kenaikan bahan baku yang tak dapat diimbangi dengan harga jual membuat para pengusaha dan pembeli tidak mendapatkan titik temu harga yang pas.

PromosiStrategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Harga benang dulunya Rp135.000/4,5 kg kini mencapai Rp190.000/4,5 kg. Tak hanya itu pewarna yang dia gunakan untuk mewarnai benangnya, kini mencapai Rp90.000/kg untuk pewarna selain hitam, sedangkan warna hitam mencapai Rp75.000/kg, kenaikan harga keduanya rata-rata mencapai Rp20.000/kg.

 

Pekerja mengoperasikan alat tenun di Betokan RT001/RW005, Tawang, Weru, Sukoharjo pada Selasa (23/3/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

 

Perajin melakukan proses pembuatan motif kain di lokasi produksi Satria Lurik, Betokan RT001/RW005, Tawang, Weru, Sukoharjo pada Selasa (23/3/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

 

Baca Juga: Terancam Punah, Tenun Kluwung Sragen Butuh Perhatian

Selama pandemi, pengusaha kain tenun merasakan surutnya pelanggan, namun penjualannya masih bisa dijalankan. Dalam lima hari perajin mampu membuat sekitar 800-900 meter kain. Dibutuhkan pemasaran khusus untuk penjualannya ditengah harga bahan baku yang kini melambung tinggi.

 

Pekerja membuat kain tenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Tawang, Weru, Sukoharjo, Selasa (23/3/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

 

Pemilik usaha Satria Lurik ATBM, Irnawati, 38 menyiapkan pesanan pelanggan di Desa Tawang, Weru, Sukoharjo, Selasa (23/3/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi