SOLOPOS.COM - Salah satu penyedia jasa pemotong rumput dan sisa tanaman padi membersihkan rumput di salah satu pematang sawah di Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Minggu (4/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Para pelaku usaha di bidang pertanian di Klaten ikut mengeluhkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Keluhan itu terutama datang dari para pelaku jasa pembajak sawah dan pemotong tanaman padi pascapanen.

Salah satu penyedia jasa pemotong tanaman padi, Bustanil, 36, mengatakan selama ini jasa memotong tanaman padi pascapanen dicari para petani seiring berkurangnya tenaga manusia. Selain dia, ada lebih dari lima orang yang menjalankan usaha jasa tersebut di wilayah Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bustanil membutuhkan 3 liter Pertalite guna mengoperasikan mesin pemotong rumput saat membersihkan sisa tanaman padi pascapanen di lahan seluas satu patok sawah atau sekitar 2.000 meter persegi. Sebelum BBM naik, dia membutuhkan modal senilai Rp24.000-Rp25.000.

“Sekarang beli pertalite Rp25.000 untuk membersihkan sepatok masih kurang,” kata Bustanil saat ditemui Solopos.com di Glagahwangi, Minggu (4/9/2022).

Bustanil mengatakan selama ini dia mematok tarif Rp120.000 untuk membersihkan sisa tanaman padi pada sepatok sawah. Bustamil dilematis untuk menaikkan tarif jasa memotong sisa tanaman padi.

Baca Juga: Santer Kabar Harga BBM Naik, Warga Klaten Sempat Panik

Untuk sementara, Bustanil belum menaikkan tarif membersihkan tanaman padi bekas panen.

“Kalau tarifnya dinaikkan serba ewuh. Soalnya, saya dengan para pengguna jasa ini sudah saling kenal,” kata Bustanil.

Pembina Traktor Mania Klaten, Sumarna, mengatakan para pelaku jasa membajak sawah menggunakan traktor keberatan dengan kenaikan harga BBM. Penyedia jasa kini dilematis menaikkan tarif jasa membajak sawah.

“Sangat dilematis bagi kami. Jasa ini erat kaitannya dengan petani. Kalau petani teriak, otomatis pembajak sawah juga teriak,” kata Sumarna dari Kecamatan Kebonarum.

Baca Juga: Pertamina Klaim Harga Pertamax Kompetitif Meski Naik Jadi Rp14.500

Sumarna mengatakan traktor menggunakan BBM jenis solar. Konsumsi BBM yang digunakan membajak sawah beragam, tergantung luasan lahan.

“Ada yang 5 liter itu 1,5 hari hingga dua hari. Itu tergantung lahannya,” kata Sumarna.

Sementara, tarif membajak sawah menggunakan traktor selama ini berkisar Rp250.000-Rp300.000 per patok sawah. Soal kenaikan tarif, Sumarna mengatakan akan dibahas lebih lanjut dengan para pelaku jasa traktor yang tergabung dalam komunitas. Ada sekitar 25 pelaku jasa traktor yang tergabung dalam komunitas tersebut.

Sumarna menjelaskan pembelian BBM untuk traktor tak semudah kendaraan pribadi. Para pemilik traktor harus memiliki surat keterangan dari desa dengan lokasi pembelian yang sudah ditentukan.

Baca Juga: Pengamat: Bakal Ada Migrasi Besar-Besaran ke Pertalite

“Kalau di wilayah saya lokasi pembeliannya di SPBU yang ada di Karangnongko,” kata Sumarna.

Sumarna mengatakan saat ini kondisi petani sedang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Kondisi sulit itu ditambah dengan kenaikan harga BBM.

“Harapan ke depan itu untuk petani dipermudah saja semua fasilitasnya,” kata dia.

Sebagai informasi, pemerintah secara resmi menaikkan harga BBM sejak, Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB. Harga Pertalite saat ini Rp10.000 per liter, Solar Rp6.800 per liter, dan Pertamax Rp14.500 per liter. Sebelumnya, harga Pertalite senilai Rp7.650 per liter, Pertamax senilai Rp12.500 per liter, dan solar senilai Rp5.150 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya