SOLOPOS.COM - Ilustrasi perdagangan kedelai (Dok. Solopos.com)

Harga barang impor untuk komoditas kedelai di Bantul naik

Harianjogja.com, BANTUL- Harga kedelai impor naik drastis menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar belakangan ini. Perajin tahu dan tempe bersiap menaikkan harga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kenaikan harga kedelai impor diungkapkan, Seto, perajin tahu di Dusun Ngoto, Bangunharjo, Sewon Bantul. Pekan lalu, ia membeli kedelai impor seharga Rp7.600 per kilogram (Kg). Namun hanya dalam waktu tiga hari, harga jual kedelai impor itu telah naik menjadi Rp8.400 per Kg atau sekitar 10%.

“Naiknya drastis sekali. Mungkin sebelumnya penjual kedelai impor menghabiskan pasokan barang yang lama jadi pakai harga lama. Lalu sekarang pakai harga baru naiknya langsung tinggi. Biasanya naiknya cuma Rp100 atau Rp200,” ungkap Seto, Senin (5/10/2015).

Setiap hari, Seto membutuhkan 100 kuintal kedelai impor. Bahan baku tahu buatannya menggunakan 100% kedelai impor. Selain dianggap berkualitas baik, harga kedelai impor sebelum krisis lebih murah dibanding kedelai lokal. “Kalau kedelai lokal harganya juga sampai Rp8.000 per kilogram, saya pernah tanya di pasar,” tuturnya lagi.

Alhasil, Seto tetap bertahan menggunakan kedelai impor kendati bahan baku terus naik. Kenaikan harga kedelai tersebut diklaim menurunkan keuntungannya hingga 50%. Padahal ia masih harus membayar upah pekerja pembuat tahu.

Bila harga tak kunjung stabil, ia terpaksa menaikkan harga jual tahu. “Kalau semula Rp2.500 per kemasan, nanti bisa naik jadi Rp3.000,” paparnya lagi. Di Dusun Ngoto terdapat sekitar 15 industri rumah tangga pembuat tahu dan tempe.

Sementara itu, perajin tahu di Srandakan, Bantul Wanuri mengatakan, ia kini beralih menggunakan kedelai lokal ketimbang impor. Harga kedelai lokal yang ia beli tergolong murah. “Saya beli kedelai lokal Rp7.200 per kilogram, kalau kedelai impor sudah sampai Rp8.000,” tutur Wanuri.

Kedelai lokal digunakan untuk membuat tahu. Sedangkan tempe menurutnya tidak dapat diubah menggunakan kedelai lokal. “Kalau tempe harus pakai yang impor. Kalau kedelai lokal hasilnya jelek. Kecuali tahu,” lanjutnya. Musim kemarau menjadi berkah bagi perajin tahu karena produksi kedelai lokal berlimpah.

Namun ia khawatir, pasokan kedelai lokal kian menipis di petani dan bakal berakibat pada kenaikan biaya produksi tempe dan tahu di Bantul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya