Solopos.com, KARANGANYAR — Pedagang molen dan gorengan di kawasan wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, mengeluhkan kenaikan harga bahan baku dagangan mereka. Selain minyak goreng, harga telur dan terigu kini ikut-ikutan naik.
Meski demikian, mereka enggan menaikkan harga jual dagangan untuk menjaga kesetiaan pelanggan.
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Ny. Adi, salah satu pedagang molen dan gorengan di Tawangmangu mengatakan harga minyak goreng dalam kemasan ia beli senilai Rp240.000 per karton dengan isi 6 kemasan masing-masing berisi 2 liter. Dalam sehari, ia menghabiskan 6 karton minyak goreng untuk memasak molen dan aneka gorengan.
“Harga minyak goreng belum turun. Masih Rp240.000 per karton atau Rp20.000 per liter,” ujarnya, Selasa (8/3/2022).
Baca Juga: Longsor Tutup Jalur Tawangmangu-Jatiyoso
Di saat harga minyak goreng belum turun itu, harga tepung terigu juga mulai merangkak naik. Menurut Ny. Adi, sekarang harga tepung terigu mencapai Rp227.000 per kantong kemasan 25 kilogram (kg). Padahal belum lama ini harganya Rp190.000 per kemasan yang sama.
Selain itu, telur sebagai salah satu bahan baku pembuatan molen harganya juga naik dari Rp19.000 per kg menjadi Rp22.000 per kg. “Harganya pada naik semua ini. Minyak goreng naik, terigu naik, telur juga naik. Mau bagaimana ini,” keluh wanita yang berjualan di sekitar Pasar Wisata Tawangmangu tersebut.
Meski harga-harga naik, ia tidak bisa serta merta menaikkan harga dagangannya sebab akan diprotes pelanggan. Ia hanya bisa pasrah dan merelakan keuntungannya berkurang. “Kalau harga molen atau dinaikkan, nanti pada protes. Pelanggannya kan sudah banyak. Ya sudah, keuntungannya jadi berkurang tidak apa-apa yang penting [usahanya] bisa jalan,” imbuh warga setempat yang sudah puluhan tahun berdagang gorengan ini.
Baca Juga: Jika Muncul Tanda Ini, Mending Jangan Lewati Jalan Tawangmangu-Sarangan
Pedagang molen lain di kawasan Pasar Wisata Tawangmangu, Nani, mengatakan hal senada.“Telur ini juga mulai naik. Apalagi menjelang Bulan Puasa dan Lebaran nanti biasanya naik lebih tinggi,” ujarnya.
Ia juga mengaku tak berani menaikkan harga jual dagangan. Untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku, ia sedikit mengurangi ukuran makanan. “Harga molen tidak naik. Tapi saya bikin agak kecil. Yang biasanya lilitan molen lima lapis, sekarang empat lapis,” ujarnya seraya berharap harga-harga bahan baku dagangannya segera turun.
Tingginya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku sedikit dimbangi pada akhir pekan. Karena di saat itu jumlah pengunjung meningkat yang membuat dagangan mereka terjual lebih banyak.