SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO-Produksi pepaya di perkebunan di Polokarto dan Bendosari mengalami peningkatan selama musim hujan. Namun berkebalikan dengan produktivitas, harga buah justru merosot hingga Rp1.000 per kilogram untuk jenis Red Lady.

Pengelola perkebunan pepaya di Dukuh Tanjung Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Wijiyanto, 42, menyebutkan hasil tanaman buah lebih banyak dan dari sisi ukuran lebih besar selama berlangsungnya musim penghujan. Namun menurut dia pada saat bersamaan petani harus mewaspadai adanya lalat buah serta jamur yang dapat merusak kualitas buah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Produksinya meningkat selama musim hujan. Tetapi harus diwaspadai juga munculnya hama dan penyakit yang merusak buah dan pohon buah,” ungkap Wiji ditemui Espos di areal perkebunan pepaya yang dikelolanya di Bakalan, Selasa (17/1/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia menambahkan keluhan lain petani pepaya selama musim penghujan adalah penurunan harga produk secara signifikan. Saat musim kemarau, kata dia, buah pepaya jenis Red Lady dapat terjual dengan harga Rp2.500-Rp3.000 per kg, namun saat musim penghujan harganya merosot sampai ke kisaran Rp2.000 per kg atau turun sekitar Rp1.000 per Kg.

“Turunnya Rp500 sampai Rp1.000 per kilogram, karena itu keuntungan selama musim hujan menjadi menipis,” ujarnya.

Petani pepaya lain di Dukuh Bembem, Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Tri Rahayu Ningsih, 30, menyatakan hal serupa. Namun meski turun, kata dia, harga pepaya jenis Red Lady masih lebih baik jika dibandingkan pepaya jenis Thailand yang saat musim hujan harganya turun dari semula Rp2.000 per kg menjadi hanya Rp1.500 per kg.

Tri Rahayu menjelaskan peningkatan produksi sekitar 20% saat musim hujan. Sedang untuk mengantispasi merebaknya lalat buah dan jamur, petani harus lebih intensif melakukan penyemprotan obat. Cara lain, terang dia, buah dibungkus satu per satu namun jauh lebih repot atau jika ingin menghindari penggunaan obat dan bahan-bahan kimia dapat memanfaatkan obat organik.

“Dari sisi kuantitas produksi memang bisa meningkat sampai 20-an persen saat musim penghujan. Tetapi untuk kualitas justru kurang bagus dan lebih baik ketika musim kemarau,” paparnya ditemui secara terpisah, kemarin.

Wiji dan tri Rahayu menyebutkan biaya produksi untuk perkebunan pepaya relatif murah. Karena itu meski turun cukup tajam, kata mereka, petani masih mendapat untung dengan harga jual Rp2.000 per kg untuk jenis Red Lady. Keduanya juga menyampaikan masa panen antara umur lima sampai tujuh bulan dengan masa produksi dua tahun. JIBI/SOLOPOS/Triyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya