SOLOPOS.COM - Ilustrasi/whycharlestonwv.com

Ilustrasi/whycharlestonwv.com

BANTUL—Petani cabai di Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden, harus menelan pil pahit. Saat musim panen tiba, harga cabai justru anjlog. Para petani pun tak bisa menjual hasil panen. Bahkan mayoritas petani memilih membuang atau menjadikan cabai hasil panenan sebagai pupuk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Gadingharjo, Sumadiyana, saat ditemui Harian Jogja, Kamis (6/12/2012) mengatakan, tahun ini harga cabai lebih rendah dari harga tahun lalu. Harga semakin turun sat musim hujan tiba. Disebutkannya, untuk cabai keriting hijau saat ini hanya laku Rp700 per kilogram, cabai merah dengan kualitas baik hanya Rp3.000 per kilogram, bahkan untuk cabai rawit, harganya lebih terpuruk lagi, yakni rata-rata hanya Rp1.000 per kilogram.

Harga jual itu jelas sangat tidak menguntungkan bagi petani, bahkan justru merugikan. Tak ayal, sekitar 97 petani cabai dengan luasan lahan mencapai 3,5 hektare di Desa Gadingharjo, memilih mencabuti tanaman cabai atau membuang hasil panen cabai untuk dijadikan pupuk.

“Kalau mau dipanen, pengeluaran untuk panen misalnya membayar sewa pemetik lebih mahal dari hasil penjualan. Jadi daripada rugi, petani memilih tak menjualnya. Kami memilih mencabuti tanaman cabai untuk kami jadikan pupuk, agar lahan bisa ditanami tanaman yang lain,” ucap kepala desa yang juga berprofesi sebagai petani cabai itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya