SOLOPOS.COM - FOTO JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak Agung (jaket hitam) berfoto di depan motor pintarnya, Rabu (1/5) di Sorosutan.

FOTO JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak
Agung (jaket hitam) berfoto di depan motor pintarnya, Rabu (1/5) di Sorosutan.

Agung Nugroho, warga Jogja setiap hari membawa buku-buku keliling kampung. Tanpa dibayar, Agung ingin membuat warga Jogja gemar membaca.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Rabu (1/5) sore, terik mentari masih terasa panas. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat Agung Nugroho untuk memacu sepeda motor roda tiganya ke halaman Masjid Bani Ismail di Jalan Sidokabul, Dagaran, Sorosutan Umbulharjo.

Motor yang baru datang itu pun diserbu anak-anak. Dari yang kelas TK, SD hingga yang SMP. Ya, sepeda motor itu bukan sepeda motor biasa. Di belakangnya terdapat boks besar yang terbuat dari aluminum. Agung menyebut sepeda motor tunggangannya sebagai sepeda motor pintar. Pasalnya, di dalam boks tersebut terdapat puluhan buku-buku bacaan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ini motor pintar saya. Sejak 2011 saya punya, diberi seorang donatur dari Bandung,” jelas guru honorer di SD Widoro Jogja itu.

Selama seminggu, Agung berpindah-pindah tempat melayani warga untuk sekadar membaca buku-buku yang dibawanya. Setiap Minggu dia “mangkal” di Taman Baca Masyarakat (TBM) Bina Marga Gendeng, Gondokusuman. Saban Senin, motor pintarnya dibuka di halaman Masjid Al-Ikhlas di Jalan Taman Siswa tepatnya di depan Hotel Wisanti.

Ada pun setiap Jumat, Agung membuka lapak di Masjid Baiturrahman Jalan Jlagran, Gedongkiwo, dan Sabtu motor pintarnya diparkir di Mushollah Mufiatun Lempuyangan, Bausasran, Jogja. Rabu, Agung melayani warga di halaman Masjid Bani Ismail Dagaran Sorosutan.

“Semua gratis, mau baca silakan, mau sekadar lihat-lihat silakan. Ini menjadi hiburan di sela-sela kelelahan saya,” ujar suami Nur Wahidah itu.

Kebiasaaan tersebut dilakukan Agung sepulang dari mengajar sejak 2003. Pulang dari sekolah jam 14.00 WIB, istirahat sejenak di rumah. Kemudian, jam 15.30 WIB berangkat dari rumah. Tak ada bayaran, semua dibiaya dari penghasilannya sendiri sebagai guru dan motivator perpustakaan.

Dalam sebulan, untuk biaya bensin dan servis motor pintarnya minimal Agung mengeluarkan ongkos Rp150.000. “Ini semata-mata sebagai ibadah saya karena prihatin dengan masyarakat yang minat bacanya rendah,” ujar ayah Ruhul Jadid, 4 dan Nabila Azzahrah, 2, itu.

Dalam sebulan juga, Agung berkomitmen untuk menambah tiga buah buku koleksi perpustakaannya. Saat ini sudah ribuan buku dengan beragam judul dan jenis bacaan yang menjadi koleksi perpustakaan kelilingnya.

“Ya, kalau dalam satu bulan saya tidak bisa beli buku, saya cicil bulan berikutnya. Yang jelas, dalam sebulan harus ada tiga buku baru. Itu sudah menjadi komitmen saya,” kata pria yang saat ini dipercaya sebagai Ketua Forum Perpustakaan Keliling DIY itu.

Saat awal menawarkan perpustakaan keliling, kondisinya tidak senyaman saat ini. Dulu, kata Agung, dia berkeliling Kampung Ledok Tukangan untuk mengajak anak-anak membaca dengan berjalan kaki. “Itu dilakuan pertama kali sejak 2003 hingga 2005. Setelah punya motor, 2005 hingga 2010 saya mulai keluar kampung. Pada 2011 baru ada motor pintar ini,” ceritanya.

Tidak hanya menawarkan membaca di tempat, Agung juga rela mengirimkan buku dari orang yang ingin meminjam bukunya. “Istilahnya delivery order, asalkan saya punya buku yang dicari. Ramadan biasanya banyak permintaan. Itu semua gratis, tinggal SMS buku saya antar. Untung, istri, keluarga dan orangtua saya mendukung apa yang selama ini saya lakukan,” tukas pria sederhana itu.

Agung mengatakan, aktivitas yang dia lakukan terinspirasi oleh Dauzan Al Farok, pengelola Majalah Buku Berkeliling. “Saya kenal dengan Duzan pada 2001. Lewat perkenalan itulah, ada dorongan hati untuk mengikuti jejak beliau pada 2003. Tidak hanya di keliling kampung, di rumah saya juga membuka perpustakaan 24 jam,” katanya.

Agung mengatakan, apa yang dilakukan selama ini sekadar menjalankan ibadah. Tak terpikirkan dalam benaknya apa yang dilakuan selama ini agar bisa menerima bantuan. Katanya, tak ada tendensi apapun. Dulu, dia mengaku mendapat bantuan Rp7 juta dari Pemkot untuk menghidupkan TBM Rintisan di Ledok Tukangan DN II/177 RT 05 RW 01 Jogja.

“Itupun sudah ada listing barang apa yang harus dibeli seperti buku dan rak-rak buku. Saya tidak berharap pujian. Kalau ada yang datang kemudian membaca saya sudah senang. Kalau tidak ada yang datang, saya jadi kesepian,” ujar peraih Penghargaan Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan 2009 lalu itu.

Fajar Nur Hidayat, 8, salah seorang anak yang datang membaca buku-buku koleksi Agung mengaku senang dengan perpustakaan keliling tersebut. Siswa Madrasah Ibtidaiah Negeri (MIN) Giwangan, mengaku suka membaca. “Saya inginnya setiap hari ada perpustakaan ini. Terutama buku-buku dongeng,” harapnya.

Senada disampaikan Ning Eko, 28, warga RT 25, RW 07 Sorosutan. Menurutnya, keberadaan perpustakaan keliling itu sangat membantu lantaran bisa mengisi waktu kosong anak-anak di wilayah tersebut.

“Dari pada bermain tidak jelas, kan mending baca buku. Saya berharap kalau bisa ya setiap hari juga ada,” tutur ibu Refan Pramana Saputra itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya