Tokoh
Jumat, 23 September 2011 - 19:48 WIB

Hany Suhartono Hambiyoko, tubuh terasa enak dan nyaman

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hany Suhartono Hambiyoko (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Hany Suhartono Hambiyoko (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Tidak semua orang mau beraktivitas dalam kegiatan sosial, seperti berdonor darah. Namun bagi dr Hany Suhartono Hambiyoko, menyumbangkan darahnya untuk sesama sangat disukai.

Advertisement

Pada peringatan HUT ke-66 PMI Cabang Wonogiri pekan lalu, dokter yang selalu tampil dengan kopiah di kepalanya mengaku telah 103 kali berdonor.

Karenanya, bersama dua pendonor aktif lainnya, yakni Hadi Setyawan dan Joko Setiyono, pengurus PMI Cabang Wonogiri mendaftarkan mereka ke PMI Pusat untuk mendapatkan penghargaan dari Presiden sebagai pendonor darah ke-100 kali. Saat berbincang-bincang dengan Espos, ayah dua anak ini mengaku, tubuh terasa enak dan nyaman seusai berdonor.

Dia bercerita, berdasar penelitian sel darah merah manusia berumur 120 hari sehingga perlu regenerasi atau pembaharuan sel.

Advertisement

“Berdonor memiliki multifungsi. Di antaranya berfungsi menolong sesama dan fungsi pribadi pendonor. Menjadi pendonor rutin akan mampu memantau tingkat kesehatan seseorang karena setiap akan berdonor, seorang pendonor akan dicek kesehatannya, baik mengenai tekanan darah maupun kesehatan yang lain. Seseorang yang bisa berdonor, adalah orang sehat sebab PMI tidak akan mengambil darah seseorang yang tidak sehat.”

Dia mengaku mulai aktif menjadi pendonor sejak usia 17 tahun atau masih menjadi siswa kelas II SMA. Suami Ny Endang Wigatiningtyas mengaku donor rutin tiga bulan sekali selalu dilakukannya. Pemilik golongan darah O ini menyatakan pernah mendapat penghargaan dari Gubernur pada 17 September 2004. “Di awal menjadi pendonor, kami selalu menjalankan aktivitas donor pada malam hari.”

Kenapa? Dr Hambiyoko yang kini menjabat sebagai Kepala Puskesmas Jatipurno mengatakan, siang sampai sore dimanfaatkan untuk dolan. Dia menyatakan, kemauan menjadi pendonor datang dari dirinya, bukan desakan ataupun permintaan dari orang lain. Lebih lanjut dr Hambiyoko menjelaskan, tubuh terasa gerah saat tidak berdonor.

Advertisement

“Kegiatan donor sudah menjadi bagian rutinitas hidup. Jika tidak mendonorkan darah, tubuh terasa gerah. Kami memiliki prinsip hidup, selagi memiliki kenapa tidak diberikan pada orang lain yang sangat membutuhkan.”

Darah, ujarnya, dimiliki oleh setiap orang namun darah juga dibutuhkan oleh orang lain. “Jika obat-obatan bisa dicari gantinya namun darah tidak bisa diganti. Pasien butuh darah harus disediakan darah. Jadi, kenapa tidak kita sumbangkan darah yang kita miliki untuk kebutuhan orang lain.”

(Trianto Hery Suryono)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif