SOLOPOS.COM - Anggota Hammers Solo, pendukung West Ham United di Solo, berfoto seusai nonton bareng di Jack Star Purwosari, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Dukungan suporter diwarnai dengan Hammers Solo yang menepis anggapan sebagai fans karbitan.

Solopos.com, SOLO – Sekitar 11 tahun lalu penikmat sepak bola Inggris dikejutkan dengan munculnya film Green Street Hooligans. Film yang dibintangi Elijah Wood itu berkisah tentang hooliganisme suporter bola di Britania Raya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam film berdurasi 109 menit ini, kisah pendukung West Ham United atau sering disebut Hammers menjadi plot utama. Aksi heroik Hammers dalam membela timnya, tak jarang berujung bentrok dengan fans tim lain, melambungkan nama West Ham di penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Namun saat itu belum banyak fanbase West Ham yang terorganisasi di Indonesia. Maklum, West Ham bisa dibilang kalah pamor dibanding klub yang memiliki banyak fans seperti Manchester United, Liverpool dan Arsenal. Meski belum ada wadah resmi, bukan berarti West Ham tak memiliki fans di daerah seperti Solo.

Mereka bergerak sendiri dengan modal nimbrung nonton bareng dengan fans klub besar. Hingga terbentuklah Hammers Solo yang menjadi wadah para die harder West Ham di Kota Bengawan empat tahun silam. “Awalnya kami cuma lima orang. Sekarang anggota yang aktif sekitar 20 orang,” ujar anggota Hammers Solo, Adhe Try Pamungkas, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (28/11/2016).

Menjadi fans tim medioker jelas bukan hal yang mudah. Mereka sudah kenyang dicibir maupun diremehkan fans klub lain. Beberapa orang pun menilai mereka hanya menjadi korban ketenaran film Green Street Hooligans. Tak sedikit pula yang menganggap mereka fans karbitan. Namun hal ini dibantah Hammers Solo.

“Katanya kami korban film, paling sebentar habis itu hilang. Namun sampai sekarang kami tetap ada dan berkembang,” timpal anggota lain, Aditya Bagaskoro.

Adhe mengatakan rata-rata Hammers Solo mencintai klub bukan karena prestasi atau gelar, melainkan ketertarikan mereka dengan kultur sepak bola Inggris. Di Britania, fans West Ham dikenal menjadi salah satu pendukung terfanatik. Latar belakang anggota Hammers Solo yang sama-sama menyukai musik beraliran britpop juga menjadi pengikat mereka.

“Kami bukan fans pencari gelar. Justru performa naik turun tim yang bikin kami bersemangat sebagai suporter,” ujar Adhe.

Hammers Solo tidak seperti kebanyakan fans klub lain yang memiliki struktur organisasi dan membership. Mereka menolak itu semua. Menurut Adhe, Hammers Solo ingin menjadi fans klub yang cair tanpa sekat antaranggota. “Gampangnya kalau kamu suka West Ham ya gabung saja. Semua setara,” ujar Adhe yang mulai menyukai West Ham sejak bangku SMP.

Belum lama ini Hammers Solo dipercaya menjadi tuan rumah Gathering Nasional (Gathnas) kedua Hammers Indonesia. Gaung acara yang digelar September lalu itu juga sampai ke London, markas West Ham. Seorang pemain West Ham, Gokhan Tore, tampak membawa flyer yang berisi ucapan selamat atas acara Gathnas.

“Flyer itu kami titipkan pada anggota Hammers Indonesia yang kebetulan ke London,” ujar anggota lain, Kolip Massardi, 21.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya