SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAMI) mengajak para milenial untuk waspada terhadap hasutan kelompok radikal di tahun politik. Ajakan tersebut disampaikan di dalam seminar interaktif yang dihadiri oleh generasi milenial di ruang seminar R.M Mbok Yun, Banjarsari, Solo Rabu (13/3/2019).

Pengasuh Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Yogyakarta, Muhammad Mustafid, mengatakan bahwa kaum milenial harus waspada terhadap gerakan kelompok radikal di musim politik. Hasutan kelompok radikal dianggap berpotensi memecah belah bangsa dan mengancam ideologi Pancasila yang dijunjung Indonesia.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Penekanannya adalah anak muda atau milenial harus waspada kelompok radikalisme yang mengancam republik ini. Khilafah diartikan sebagai partai politik internasional oleh kelompok radikal. Imajinasi mereka ingin membentuk kepemimpinan global yang dipimpin oleh kalifah. Kelompok radikal menyempitkan ideologi tersebut dan menyebarkannya,” ujarnya kepada wartawan Rabu (13/3).

Meurutnya, sistem tersebut tidak bisa dipraktikan di Indonesia lantaran bertentangan dengan Pancasila. Ideologi Pancasila dianggap sudah sesuai dengan masyarakat Indonesia. Karena itu, tidak diperlukan perubahan ideologi seperti yang disebarkan oleh kelompok radikal.

“Kalau dipraktikan di Indonesia akan berbenturan. Menurut saya Pancasila sudah sesuai dengan Islam. Makanya jangan diubah karena berpotensi menyebabkan perpecahan,” bebernya.

Milenial dinilai rawan terhasut dengan ideologi kelompok radikal lantaran dalam fase pencarian jati diri. Meskipun organisasi radikal sudah mulai dibubarkan oleh pemerintah, namun ideologi tersebut diyakini masih ada di dalam masyarakat, sehingga generasi milenial harus tahu dan waspada.

“Politik memperkuat kelompok radikal menyebarkan paham radikal. Milenial menjadi salah satu sasaran karena mereka sedang dalam tahap pencarian jati diri. Harus waspada. Karena ekonomi menjadi salah satu sebab milenial mencari pelarian dan bisa saja terhasut di jalur yang salah seperti paham radikal,” ucapnya.

Sementara itu, dosen kajian Islam UIN Sunan Kalijaga M Yaser Arafat mengatakan bahwa untuk mengantisipasi masuknya paham radikal di kaum milenial, diperlukan penerjemahan agama khas milenial. Meskipun khas milenial, namun isi terjemahan tidak boleh dangkal.

“Saat ini tren milenial adalah pencarian nilai baru. Ini sebenarnya siklus. Dulu ditawarkan oleh generasi bunga, sekarang ditawarkan kaum agama. Hijrah namanya. Tapi ada kelompok radikal yang ikut menawarkan nilai tersebut kepada milenial. Harus ada penyampaian agama yang khas milenial dari delivery hingga teknologi yang digunakan,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya