SOLOPOS.COM - Seseorang melintasi jalan di dekat hamparan sawah yang dibiarkan bero atau tidak ditanami pemiliknya di Desa Bulan, Kecamatan Juwiring, Sabtu (12/10/2013). (JIBI/Solopos/Shoqib Angriawan)

Solopos.com, KLATEN--Sekitar 105 Hektar (Ha) sawah di Bulan, Wonosari dibiarkan bero atau tidak ditanami oleh petani. Hal itu terpaksa dilakukan karena beberapa bulan terakhir tanaman padi di Bulan diserang oleh hama tikus.

Pantauan solopos.com di Desa Bulan, Wonosari, Sabtu (12/10/2013), cukup mudah menemukan sawah yang dibiarkan bero oleh pemiliknya. Sawah tersebut terlihat gersang dan berwarna kecoklatan lantaran lama tidak digarap oleh pemiliknya. Bahkan, sawah yang dibiarkan bero itu kini ditumbuhi oleh rumput-rumput liar.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sekretaris Desa Bulan, Santosa, 63, mengaku dari 141 Ha sawah yang biasanya ditanami padi, kini sekitar 105 Ha di antaranya dalam kondisi bero. “Sekitar 75% dari 141 Ha itu kini dibiarkan bero. Sawah yang bero itu hampir merata di sebelas dusun yang ada di Bulan,” ungkapnya saat ditemui solopos.com, Sabtu.

Mayoritas petani itu, sambungnya, membiarkan sawahnya dalam kondisi bero lantaran trauma dengan serangan hama tikus. Menurutnya, petani harus berani mengeluarkan biaya operasional jika nekat menamam tanaman padi.

“Namun, petani kenyataannya tidak berani menanam karena biayanya banyak dan itu belum pasti (tanaman padi) bisa hidup,” paparnya.

Pihaknya mengaku sudah melaporkan masalah itu kepada Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten. Kemudian Dispertan menyarankan supaya petani beralih tanam ke tanaman palawija.

Namun, mayoritas petani tidak mau menuruti apa yang disarankan oleh Dispertan. Pasalnya, petani mengaku harus mengeluarkan biaya lebih lantaran tenaga yang dikeluarkan juga lebih besar. “Kami dari Pemerintah Desa (Pemdes) juga merasa kesulitan mengatur mereka (petani),” katanya.

Untuk memanfaatkan lahan yang bero tersebut, menurutnya, sejumlah petani memilih membuat batu bata dari tanah yang ada di sawah. Hal itu untuk menjaga supaya petani tetap memiliki penghasilan.

Dia mengaku prihatin dengan serangan hama tikus tersebut. Dari sekitar 4.000 meter (m) persegi tanaman padi yang dia tanam, pihaknya hanya bisa menghasilkan 2 Kuintal beras. Dalam kondisi normal, 1 Ha biasa menghasilkan 9 ton padi. “Petani mengalami penurunan panen dan bahkan ada yang hampir gagal total,” keluhnya.

Sementara, salah seorang buruh tani di Bulan, Priyatmojo, 62, mengaku takut dengan serangan hama tikus tersebut. Saat ini, dirinya menggarap sawah seluas 1 Ha milik warga Bulan.

Dia takut jika sawah yang dia garap gagal panen karena serangan hama tikus. Apalagi, gaji yang dia terima juga berdasarkan hasil panen. “Bukan hanya saya yang takut, tapi pemiliknya dan petani lain juga banyak yang resah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya