SOLOPOS.COM - Pekerja mengawasi proses pemintalan benang menjadi bahan pakaian ihram di salah satu produsen pakaian ihram di Dukuh Ngendo, Desa Janti, Jatinom, Klaten, Rabu (9/8/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Pengrajin pakaian ihram di Klaten sepi karena musim haji tahun lalu tak mampu memenuhi pesanan.

Solopos.com, KLATEN — Suara mesin pemintalan benang menderu di ruangan pengap. Di ruangan itu tiga orang pegawai sibuk mengawasi kain yang dihasilkan dua mesin di dekatnya. Mesin itu sedang memintal bahan pakaian ihram.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Biasanya, menjelang musim haji menjadi musim panen pesanan bagi pemilik usaha pakaian ihram di Dukuh Ngendo, Desa Janti, Polanharjo, Klaten. Namun, tidak kali ini, musim haji 2017.

Sejumlah pesanan untuk kebutuhan haji tak lagi diterima lantaran tak mampu memenuhi jumlah pesanan. “Tahun ini enggak ada order untuk haji. Tahun lalu pernah ada order hingga 27.000 stel pakaian ihram dan kami enggak mampu memenuhi,” kata Parmin, 36, pegawai Aditex Bangun Cipta, produsen handuk dan pakaian ihram.

Pria bertubuh ceking itu menuturkan proses produksi pakaian ihram berjalan stabil. Produksi dilakukan guna memenuhi pesanan pakaian ihram untuk keperluan umrah. Jumlah pesanan beragam mulai dari 200 stel hingga 3.000 stel.

“Kalau untuk kebutuhan haji kami enggak mampu. Tapi kalau pesanan sampai 3.000 stel kami masih mampu,” tutur dia di sela-sela bising suara mesin pemintalan.

Untuk memproduksi pakaian ihram, ia mengoperasikan 12 mesin dari 32 mesin yang pemintalan yang ada. Dalam sehari, satu mesin bisa menghasilkan 15 potong kain atau setara 7,5 stel pakaian ihram atau 90 pasang secara total.

Harga per stel pakaian ihram dijual dengan harga Rp60.000 – Rp85.000 tergantung jenis benang yang digunakan.

Selain pakaian ihram, Parmin juga membikin handuk untuk kebutuhan rumah sakit di Solo, Jogja, Klaten, hingga luar Jawa.
Produsen pakaian ihram lain, Herna Malyani, 52, mengutakan hal senada.

Staf pegawai Omah Ihram di Dukuh Ngendo, Desa Janti, Polanharjo, itu mengaku order untuk keperluan haji tak ia terima. Selama ini produksi pakaian ihram di tempatnya hanya digunakan untuk memenuhi keperluan umrah. “Kalau untuk haji kami belum pernah menerima order. Selama ini biasanya untuk umrah,” tutur dia.

Secara reguler, ia biasa memproduksi 40 stel pakaian ihram setiap hari menggunakan 8 mesin pemintal benang. Di ruang produksi, ada 8 -10 orang mengawasi proses pembuatan kain pakaian yang digunakan untuk jemaah haji laki-laki ini.

“Kami jual pakaiannya memang lebih tinggi antara Rp80.000 hingga Rp120.000 per stel,” kata Herna.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya