SOLOPOS.COM - Jemaah haji melempar jumrah, Sabtu (4/10/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Muhammad Hamed)

Haji 2016 di Arab Saudi cuaca sangat terik. Jemaah calon haji diimbau kurangi pergekan saat Armina.

Solopos.com, MEKAH – Jemaah calon haji Indonesia diminta mengantisipasi potensi cuaca ektrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armina. Caranya adalah mengurangi pergerakan, utamanya saat siang hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jemaah diharapkan di Arafah tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jemaah tidak melaksanakan kegiatan di siang hari,” pesan Kepala Bidang Perlindungan Jemaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Kolonel Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8/2016).

Sebelumnya diberitakan Kemenag.go.id, Sabtu, tim Satop Armina bersama Bidang Transportasi dan Muassasah telah melakukan survei pergerakan transportasi jemaah selama berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Ekspedisi Mudik 2024

“Adapun petugas, akan digelar melekat dengan jemaah di setiap Maktab untuk mengantisipasi bahaya kebakaran,” tambahnya.

Saat di Muzdalifah, lanjut Jaetul, pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen yang disiapkan di sekitar toilet. Untuk mengurangi pergerakan jemaah juga, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet.

Bagaimana dengan Mina? Jaetul Muchlis meminta jemaah memperhatikan dua hal saat pergerakan di Mina, yaitu: rute perjaanan menuju jamarat dan jadwal keberangkatan menuju jamarat.

Terkait jadwal, jemaah calon haji Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid, pada 10 Dzulhijjah, diminta tidak bergerak ke Jamarat setelah jam 12 siang. Sebab, saat itu sedang berlangsung pergerakan jemaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui jalur taraddudi (shuttle bus).

“Mina Jadid sendiri menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika jam 12 jemaaah ikut geser dari mina jadid,” ujarnya.

“Selain rawan, pergerakan jemaah dikhawatirkan akan menjadi kendala bagi bus taraddudi, sehingga terjadi kemacetan yang menguras banyak waktu untuk pergeseran jemaah dari Muzdalifah menuju Mina,” tambahnya.

Sehubungan itu, waktu melontar jumrah bagi jemaah haji Indonesia yang menempati Mina Jadid adalah setelah Zuhur. Atau, bisa juga dini hari tanggal 10 Dzulhijjah sebelum memasuki waktu yang dilarang lontar jumrah pada hari itu, yaitu dari pukul 06.00 – 10.30 WAS. “Yang paling aman setelah Zuhur. Jemaah dengan kondisi fisik kurang sehat, bisa istirahat dulu,” kata Jaetul.

Terkait rute, Jaetul Muchlis mengatakan semua jemaah haji Indonesia akan diarahkan ke Mu’aishim menuju lantai tiga jamarat. Menurutnya, itu merupakan rute paling aman karena arah datang dan pulang terpisah. “Di situ juga ada eskalator berjalan di dua terowongan. Juga tidak menantang matahari karena masuk terowongan. Ini paling sip untuk jemaah,” katanya.

“Jadi ada dua hal di Mina yang harus diperhatikan jemaah, yaitu terkait waktu dan rute melontar. Kami akan segera sosialiasikan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya