SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemeriksaan barang milik calon haji (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Pemeriksaan barang milik Calhaj (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Pemeriksaan barang milik Calhaj (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Nur Maskan Athoilah, 21 bersama seorang kawannya berdiri dengan mimik muka cemas di Gedung Muzdalifah, Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jumat (13/9/2013) siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petugas pengecekan tas meminta ia membuka tas biru milik ketua rombongan (karom) yang menjadi tanggung jawabnya setelah petugas mendeteksi adanya benda tak biasa di dalam karung melalui alat X-Ray di depan pintu sebelah utara gedung tersebut.

Karena tak memegang kunci gembok, ia kemudian menghubungi sang karom dari kelompok terbang (kloter) XI yang dimaksud, Nuruddin. Tak berselang lama, jemaah asal Pekalongan tersebut tiba di tempat Nur berdiri dan segera memberikan kunci gembok tasnya.

Petugas kemudian membuka gembok dan segera menggeser resliting tas. Ternyata, sebuah magic jar warna putih menjadi satu-satunya benda di dalam tas tersebut. Alat penanak nasi tersebut dilapisi lakban hitam pada bagian pertemuan antara tutup atas dengan bagian bawahnya.

“Ini saya buka ya Mas?” ujar seorang perempuan petugas pengecekan barang bawaan haji kepada Nur.
Nur pun mempersilakan. Lebih mengejutkan lagi, petugas menemukan plastik hitam yang membungkus benda berbentuk kotak di dalam magic jar tersebut. Setelah dibuka, petugas mendapati adanya uang pecahan Rp100 ribuan tertata rapi.

“Jumlah uangnya sekitar Rp300 juta. Itu untuk badal titipan dari tetangga-tetangga,” kata Nur menjelaskan kepada petugas yang tak ayal dibuat heboh dengan kejadian tersebut.

Petugas kemudian meminta karom mengurus perizinan uang tersebut ke bagian bea cukai karena nominal uang yang mereka bawa melebihi ambang batas yang ditentukan. Nuruddin pun bergegas menuju ruangan bea cukai karena jadwal pemberangkatan kloter XI semakin dekat.

Nur, yang kala itu menunggu upacara pelepasan jemaah haji, kepada Solopos.com mengatakan magic jar itu ia bawa untuk memasak beras di Arab Saudi. Sementara, untuk menghemat ruang penyimpanan, magic jar itu sekalian saja ia gunakan untuk menyimpan uang badal.

“Badal itu semacam menghajikan orang yang sudah meninggal seperti orang tua. Hal itu menjadi bentuk bakti anak kepada orang tuanya. Satu orang membayar Rp4,5 juta hingga total dana mencapai Rp300 juta,” terangnya.

Selain Nur, ada juga jemaah yang membawa benda tak biasa di dalam tasnya. Sebut saja Tri Susilowati, 40. Ia membawa sebuah pisau yang ia bungkus dengan plastik. Ia mengira, dengan cara itu, petugas tak akan mampu mendeteksi keberadaannya.

“Saya tahu kalau bawa pisau itu dilarang. Saya berencana menggunakannya untuk masak seperti masak mi instan sesampainya di Arab Saudi. Tetapi, kalau ketahuan ya tidak apa-apa,” ujar jemaah asal Pekalongan tersebut sambil tertawa kecil.

Beberapa jemaah juga membawa barang-barang yang tidak diperkenankan dibawa dalam penerbangan seperti saus, kecap manis, hand and body lotion dan minuman. Petugas terpaksa meminta jemaah membuka tas dan mengeluarkan barang-barang tersebut demi keamanan penerbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya