Haji
Senin, 30 September 2013 - 02:43 WIB

HAJI 2013 : Pasukan Sapu Jagat Bantu Jemaah yang Tersesat

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim sapu jagat bertugas menyisir dan mengantarkan calon haji yang tersesat di Tanah Suci. (kemenag.go.id)

Solopos.com, MEKAH — Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) menyiagakan pasukan sapu jagat demi membantu jemaah calon haji yang tersesat di Tanah Suci. Kesaksian wartawan Detikcom di Mekah, Sabtu (28/9/2013), tentang kiprah pasukan sapu jagat yang membantu calon haji sempat dimuat laman resmi media center Kementerian Agama, Kemenag.go.id.

Imam Khozin, 53, bingung bukan kepalang gara-gara terpisah dari teman-temannya seusai ibadah di Masjidil Haram, Mekah. Matanya berkaca-kaca dan tubuhnya gemetar. Kecemasan petani asal Blitar itu akhirnya teratasi berkat bantuan Pasukan Sapu Jagat.

Advertisement

Khozin awalnya diantar seorang jemaah asal Malaysia ke terminal penampungan jemaah haji Indonesia yang tersesat di Terminal Gazza, selepas salat subuh di Masjidil Haram. “Kula bingung sanget. Kula saget wangsul dateng maktab kula mboten, Pak? [Saya bingung sekali. Saya bisa kembali ke maktab saya enggak Pak?],” kata Khozin dengan suara tercekat.

Khozin lalu bergabung dengan belasan jemaah haji tersesat yang ditampung petugas Sapu Jagat. Kasus jemaah tersesat hampir terjadi di setiap musim haji. Jemaah haji tersasar salah satunya karena kurang memahami medan di Masjidil Haram. “Tenang ya Pak. Istigfar ya. Bapak insya Allah bisa pulang ke pemondokan,” kata Ahmad, seorang petugas haji.

Advertisement

Khozin lalu bergabung dengan belasan jemaah haji tersesat yang ditampung petugas Sapu Jagat. Kasus jemaah tersesat hampir terjadi di setiap musim haji. Jemaah haji tersasar salah satunya karena kurang memahami medan di Masjidil Haram. “Tenang ya Pak. Istigfar ya. Bapak insya Allah bisa pulang ke pemondokan,” kata Ahmad, seorang petugas haji.

Setelah minum, Imam bercerita dirinya bersama dua temannya melakukan tawaf sunah. Tawaf sunah itu sudah 2 kali dilakukannya. Ia terpisah saat mengambil air minum di areal Masjidil Haram. “Kok kula ditinggal. Istri wonten maktab. [Kok saya ditinggal. Istri ada di maktab],” ujarnya lirih.

Imam diminta petugas menunjukkan kartu lokasi pemondokan. Rupanya, di kartu itu tidak tertera atau ditulis nomor rumah. Imam hanya tercatat dari Embarkasi Surabaya Kloter ke-29. Petugas terus menghibur rasa gundah gulana Imam. “Insya Allah pulang ke pemondokan. Sabar ya. Bapak sebaiknya simpan tenaga untuk puncak haji,” kata seorang petugas, Ahmad Jumala, 44.

Advertisement

Mobil petugas sapu jagat meluncur ke pemondokan di sektor 4 untuk terlebih dahulu mengantar calhaj perempuan ke pemondokan. Setelah itu petugas mengantar seorang jemaah pria asal Surabaya.

“Sanes niki, sanes niki, maktab kula mboten sae kados niki [Bukan ini, bukan ini, maktab saya tidak bagus begini],” kata Imam panik melihat pemondokan sektor 5 yang mewah. Air mata Imam pun tumpah dan seolah enggan turun dari mobil. Dengan penuh kesabaran, Ahmad memberikan penjelasan kepada Imam.

Jejak pemondokan Imam ditelusuri di Sektor 5 Jarwal Taysir. Pemondokan Imam terlacak. Ayah 3 anak ini ternyata menghuni pemondokan di sektor 6 nomor 613. Petugas bergegas mengantar Imam ke pemondokan. Memasuki wilayah sektor 6, Imam sedikit lega. Ia mulai mengenali sedikit demi sedikit lokasi menuju pemondokannya.

Advertisement

Imam berbagi cerita, dirinya bersyukur bisa pergi ke Tanah Suci bersama sang istri Siti Rohmah (48) setelah menabung belasan tahun lamanya. Rencananya, kata Imam, hari ini akan diajak ziarah bersama-sama oleh ketua rombongan. Setiba di depan pemondokan, kecemasan Imam berubah menjadi rasa lega. Imam bergegas naik ke lantai 1 menemui sang istri.

“Saya tidak bisa membalas apa-apa, terima kasih banyak,” ujar Imam sambil tersenyum.

“Saya senang bisa membantu,” ujar Ahmad.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif