Haji
Minggu, 6 Oktober 2013 - 03:33 WIB

HAJI 2013 : Jelang Puncak Haji di Arafah, Kantor Misi Haji Bersiaga

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibadah haji (JIBI/Harian Jogja/Antara/Fitri Supratiwi)

Solopos.com,MADINAH — Haji itu arafah, jadi tidak sah ibadah haji seseorang jika tidak wukuf di Arafah setiap tanggal 9 Zulhijah. Jadilah sebuah prosesi akbar sepanjang sejarah manusia, karena sekitar 4 juta umat Islam digiring ke lembah Arafah, sebuah padang pasir yang terletak sekitar 5 km dari Kota Mekah, Arab Saudi.

Hari ini, 1 Zulhijah, jadwal calon haji berkumpul di Arafah sudah di depan mata. Puncak haji akan segera tiba. Semua persiapan sebagaimana dikabarkan tim Media Center Haji dan dimuat laman Kemenag.go.id, telah dilakukan mulai rapat perencanaan penempatan petugas, sarana transportasi, kesehatan dan logistik sampai strategi mengatur pergerakan jemaah.

Advertisement

Yang paling krusial memang saat jemaah bergerak dari Mekah menuju Arafah dan dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah. Tugas pertama merupakan bagian PPIH Daerah Kerja Mekah yang membuat terobosan dengan mengatur jadwal keberangkatan dengan pihak muassasah sehingga tidak semua jemaah bergerak bersamaan, ini untuk menghindari kepadatan yang berlebihan.

Direktur Pelayanan Haji Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis mengatakan, selama ini, jadwal keberangkatan menjadi domain muassasah dan para ketua maktab. “Tahun sebelumnya mereka hanya berkoordinasi dengan para perangkat kloter. Namun, tahun ini Kantor Misi Haji Indonesia meminta untuk dilibatkan untuk mengatur pemberangkatan,” katanya.

 

Advertisement

Bergelombang

Dalam kesepakatan itu, jadwal keberangkatan jemaah haji asal Indonesia dari pemondokan ke Arafah itu dibagai 3 trip, yaitu pukul 08.00-12.00, pukul 12.00-16.00, dan pukul 16.00-22.00.

Mereka yang berada di kawasan padat seperti Jarwal, Misfalah, dan Maabdah akan diberangkatkan terlebih dahulu pada 8 Dzulhijah, yaitu saat situasi jalanan masih sepi. “Dengan pengaturan itu diharapkan seluruh jemaah haji sudah berada di Arafah sebelum pukul 10 malam,” katanya.

Lebih lanjut Sri mengatakan, proses peninjauan lapangan yang sebelumnya para ketua maktab hanya mengajak ketua kloter maka saat ini Daker Mekkah juja dilibatkan agar diketahui peta penempatan jemaah. “Kalau ada masalah, kami bisa mendeteksi lebih awal,” katanya.

Advertisement

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi juga sudah membentuk tim kerja untuk pemberangkatan pergerakan jemaah di masyair yang terdiri atas misi haji, pihak maktab, muassasah, dan naqabah (transportasi). “Tim ini sudah ada SOP nya, sehingga jika ada kendala maka sudah tahu harus berkomunikasi dengan siapa. Kalau kekurangan bus, misalnya, langsung menghubungi pihak maktab. Selanjutnya, maktab menyampaikan ke naqabah dan kontak personnya pun sudah diserahkan ke tim,” katanya.

Dari Arafah lautan manusia bergerak ke Mudzalifah. Berhenti sejenak sambil mengambil kerikil untuk jumrah dan kemudian melanjutkan ke Mina yang digunakan sebagai tempat mabit pada Hari Tasyrik—tanggal 11, 12, 13 Zulhuijjah.

 

7 Pos

Advertisement

Mina mempunyai batas-batas tertentu, di luar batas itu bukanlah mabit. Panjangnya Mina sekitar 2 mil atau sekitar 3 km. Dalam sebuah hadis dijelaskan Mina berada di antara Muhassir sampai Jumrah Aqabah. Sedangkan lebarnya adalah kawasan di antara 2 bukit.

Berkembangnya jemaah haji membuat bukit yang mengapit Mina itu telah diratakan sehingga kawasan di antara ke-2 bukit menjadi luas dan lebih jelas batasnya. Pemerintah Arab Saudi bahkan membuat papan petunjuk bertuliskan, “Nihayat Mina” (batas akhir Mina).

Personel PPIH Daerah Kerja Madinah yang ditugaskan untuk mengatur pergerakan jemaah haji asal Indonesia di Mina akan menyiapkan 7 pos untuk mengatur rute jemaah haji yang akan melempar jumrah. “Pos itu tidak berbentuk tenda karena dilarang Pemerintah Arab Saudi, jadi hanya petugas yang menggunakan jaket hijau bertuliskan Indonesia dengan lambang bendera yang cukup besar,” kata Kepala PPIH Daker Madinah Akhmad Jauhari yang menggelar Rapat Persiapan Armina.

Ia menjelaskan 7 pos yang disiapkan itu antara lain adalah Pos Muazim I yang akan dilalui jemaah haji Indonesia berada di Mina Jadid, Pos Muazim II di mulut Terowongan Muazim, Pos Muazim III di dekat Jembatan yang ada Terowongan Muazim, Pos Lantai III Jamarat atau tempat melempar jumrah di lantai III. Kemudian ada Pos Depan Masjid Khaif untuk mencegah jangan sampai jemaah masuk ke perkemahan negara-negara Timur Tengah dan Pos Aziziyah, yaitu menjelang perkemahan jemaah Indonesia. “Kalau sampai tersasar ke sana maka bisa dipastikan sulit akan kembali karena bentuk tenda sama dan sulit mencari tempat bertanya,” katanya.

Advertisement

 

3 Lantai

Ia menjelaskan, rute untuk lempar jumrah bagi Indonesia memang masuk Terowongan Muazim yang sekarang panjangnya menjadi hampir tiga kilometer dan langsung mengarah ke lantai III. “Ini ada bagusnya perubahan itu sehingga jemaah tidak tersesat, tetapi jaraknya agak panjang. Tahun lalu terowongan itu masih satusetengah kilometer dan di mulut terowongan ada pilihan mau lantai I, II atau III,” katanya.

Kasmudi, Kabid Keamanan (PPIH) Arab Saudi yang akan mengemban tugas sebagai Kepala Satuan Operasi Mina, meminta petugas di tiap pos untuk terus waspada karena jemaah akan terus bergerak. “Kami tekankan petugas harus terus mewaspadai pergerakan jemaah agar tidak salah arah, dan khusus di Pos Jamarat II akan memantau juga kepadatan massa baik di lantai I,II dan II, jika terlalu padat maka segera dilaporkan ke Pos Mina untuk menahan laju pergerakan jemaah,” katanya seusai Rapat Persiapan Mina.

Radio komunikasi di Pos Jamarat II menurut Kasmudi akan selalu aktif untuk melaporkan situasi baik di Lantai I, II dan III, lontar Jumrah untuk mencegah jemaah terjebak kepadatan yang tinggi.

Sementara itu, Kasubsi Kesehatan BPHI Madinah, Tedy Erfano Rahman juga sudah menyiapkan pos-pos kesehatan dalam rangka stabilisasi jemaah yang sakit.  “Kita juga siapkan Tim Teta yang akan mengantarkan jemaah sakit dengan kursi roda ke pos kesehatan atau ambulan milik Bulan Sabit Merah,” katanya.

Advertisement

Ia juga sudah meminta para petugas agar bisa membedakan jemaah yang kelelahan dengan jemaah yang sakit sehingga kursi roda yang disiapkan Tim Teta di sekitar Pos Jamarat II hanya digunakan untuk jemaah yang benar-benar sakit.

“Perhatikan betul perbedaaannya. Kalau kelelahan cukup istirahatkan di tempat sejuk dan minum yang cukup, dalam 15 menit biasanya akan pulih lagi,” katanya.

Ia menjelaskan, di beberapa titik Pemerintah Arab Saudi menyiapkan ambulan, sehingga jika ada jemaah kita yang sakit bisa langsung diantarkan ke ambulan terdekat.

Calon haji yang masih dirawat di sejumlah rumah sakit juga akan didata apakah mereka akan mengikuti safari wukuf atau dibadalkan.  “Kita masih menunggu masukan dari ketua kloter, setelah itu kita seleksi lagi mana yang akan ikut safari wukuf dan mana yang dibadalkan,” kata Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi Dr dr Fidiansjah Sp.KJ MPH.

Ia cukup bersyukur jemaah yang meninggal sampai Kamis (3/10) kemarin hanya 30 orang atau jauh menurun dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 45 orang.

Keberhasilan petugas PPIH Daker Jedah, Madinah dan Makkah selama melayani jemaah prawukuf selama ini hendaknya memotivasi mereka untuk tetap semangat menjelang puncak haji yang sebentar lagi akan datang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif