SOLOPOS.COM - Jemaah haji harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dalam waktu singkat. (kaheel7.com)

Solopos.com, MEKAH — Sebanyak 25 calon haji Indonesia didiagnosis mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa yang diderita para calon haji itu, menurut Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Fidiansjah mulai ringan hingga berat.

Jemaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya karena tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berubah, baik di lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih luas,” katanya kepada wartawan di Mekah, Selasa (8/10/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jumlah calon haji yang mengalami gangguan kesehatan jiwa itu, menurut Fidiansjah, biasanya akan meningkat saat pelaksanan wukuf di Arafah sampai mabit di Mina, yaitu mencapai 40 orang sampai 50 orang. “Bahkan secara statistik jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil, atau bisa 320 sampai 480 jamaah, sampai pelaksanaan haji selesai,” papar dia mengutip catatan penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun sebelumnya.

Ia menjelaskan, hidup satu kamar dengan cara hidup yang berbeda seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan suasana tidur yang berubah membuat calon haji mengalami stres dan depresi. ”Ada teman yang tidak tahan dengan AC, sementara yang lain senang AC, atau ada yang tidak bisa tidur jika temannya mengorok membuat jemaah bisa mendapat tekanan,” katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, bagi calon haji yang mudah stres diperlukan kesiapan obat-obatan sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama calon haji untuk membuat dirinya merasa nyaman. Secara teori, terang dia, penyesuaian seseorang terhadap lingkungan perlu waktu tiga bulan, namun jemaah calon haji dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam beberapa hari.

Selain itu, dehidrasi bisa menjadi pemicu gangguan jiwa sehingga Fidiansjah menyarankan jamaah jangan sampai menjalankan aktifitas fisik melebihi kemampuannya. Ia mengingatkan, kambuhnya sejumlah penyakit di usia tua bisa disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi termasuk penyakit pikun. “Dehidrasi bisa mengakibatkan terganggunya cairan tubuh yang berlanjut pada gangguan sistem kimiawi di otak,” katanya.

Kalau sudah sistem otak terganggu maka mudah mengalami disorientasi sehingga sering kali jamaah usia lanjut lupa jalan pulang atau tersesat. “Untuk menghindari kelelahan fisik, maka jamaah yang usia lanjut atau punya keterbatasan fisik, jangan ragu untuk membadalkan saat melempar jumroh karena tidak akan membatalkan haji,” katanya.

Terkait penangganan gangguan jiwa berat, Fidiansjah menjelaskan, pasien akan diberikan obat dan diistirahatkan di ruang isolasi agar tidak menganggu orang lain. “Jika gangguan jiwa tidak juga menurun sampai pelaksanaan wukuf maka jamaah itu akan mengikuti program safari wukuf yang secara khusus kami siapkan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya