SOLOPOS.COM - Simulasi hajatan dengan protokol kesehatan digelar di depan Kantor Kesbangpol Boyolali, Selasa (27/10/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, WONOGIRI -- Pemkab Wonogiri telah memperbolehkan hajatan dengan hiburan di wilayahnya asalkan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditentukan. Kendati demikian, pelaku seni di Wonogiri masih sepi job.

Ketua Paguyuban Seni dan Budaya Wonogiri (Paseban Giri), Ruslan, mengatakan pihaknya dan beberapa pekerja seni lain saat ini kami masih menunggu ada warga yang menyewa hiburan untuk acara hajatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, ada beberapa hal yang membuat masih sepinya warga yang berminat menanggap hiburan saat hajatan. Salah satunya, saat ini dalam hitungan bulan jawa masih Mulud. Berdasarkan tradisi orang jawa, saat Mulud jarang ditemukan warga yang menggelar hajatan.

Jelang Debat Publik Pilkada Solo: Rudy Beri Tips Ini Untuk Gibran-Teguh

Ruslan mengatakan, orang jawa akan kembali menggelar hajatan setelah Mulud, yakni pada Bakda Mulud. Meski demikian, ia mengaku biasanya pada Mulud sudah banyak warga yang booking hiburan.

"Biasanya saat Mulud sudah ada bookingan sebanyak 20 hingga 25 pesanan. Saat ini baru ada satu hingga dua pesanan. Hiburan hajatan warga Wonogiri rata-rata dangdut dan campursari," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Kamis (5/11/2020).

Faktor penyebab lain masih sepinya minat menanggap hiburan, menurut dia, adanya batasan jumlah personil yang terlibat dalam hiburan. Pemkab membatasi personil sebanyak tiga orang. Untuk formasi lengkap dangdut atau campursari tidak bisa, hanya orgen tunggal.

"Orang jawa, khususnya di perdesaan itu kalau mempunyai hajat sangat totalitas. Karena modalnya cukup banyak, sehingga dibuat semeriah mungkin. Kalau hanya orgen tunggal dan penyanyinya terbatas mungkin kurang mantab atau puas, kurang ramai," ungkap Ruslan.

Selain itu, lanjut dia, warga mungkin juga menganggap jika model hajatan yang diperbolehkan dengan sistem tamu tidak duduk di lokasi, saat diberi hiburan mereka menanggap percuma. Karena tidak ada yang menonton dan dilarang berduet.

Perkotaan

Menurut Ruslan, penerapan model hajatan sesuai edaran Pemkab masih bisa diterapkan di daerah perkotaan. Namun untuk daerah perdesaan masih belum maksimal. Kemungkinan warga lebih baik tidak menanggap hiburan.

"Kalau di kota hiburan orgen tunggal dengan dua penyanyi dan waktunya singkat sudah biasa. Tetapi kalau di perdesaan belum bisa. Karena orang desa biasanya lebih berani dan totalitas saat menggelar hajatan," ujar dia.

Wonogiri Bakal Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka, Begini Komentar Orang Tua

Ia mengatakan, pelaku seni atau hiburan merupakan pekerjaan yang paling terdampak dibanding pengusaha catering, tata rias, sewa tenda, pembawa acara dan persewaan alat hajatan lainnya.

Menurut dia, untuk pengusaha persewaan alat dan tata rias sudah berjalan lebih awal. Bahkan sebelum ada surat edaran dari Pemkab Wonogiri, kelompok tersebut sudah bisa bekerja meski tidak seramai sebelum pandemi Covid-19.

"Tentunya dengan diperbolehkannya hajatan digelar, kami menyambut baik. Namun dengan protokol kesehatan atau ketentuan yang diberikan belum sepenuhnya pekerja seni bisa bekerja seperti biasanya. Harapannya, personil seni hiburan bisa tampil semua atau lengkap. Sehingga bisa dinikmati bersama," kata Ruslan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya