SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak belajar di rumah selama pandemi corona (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI -- Wacana belajar dari rumah akan diperpanjang hingga akhir 2020 disambut curahan hati (curhat) para orang tua atau wali siswa.

Tantangan utama orang tua mendampingi anak belajar dari rumah adalah kebosanan anak. Makin lama belajar dari rumah anak makin bosan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang wali siswa di Desa Batuwarno, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, Lugito, tidak setuju belajar dari rumah diperpanjang sampai akhir 2020. Lugito mempunyai anak laki-laki yang duduk di kelas empat sekolah dasar (SD).

Mahasiswa UNS Solo Tetap KKN Di Tengah Pandemi Covid-19, Metodenya Tak Biasa

“Belajar dari rumah secara online faktanya banyak kendala teknis saat pelaksanaan. Hal itu mengakibatkan anak tidak bisa belajar dengan maksimal. Mungkin satu hingga dua hari bisa berjalan baik, tetapi jika hitungannya pekan bahkan bulan, bisa menurunkan semangat dia belajar. Intinya saya kurang setuju,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Senin (4/5/2020).

Dia menambahkan saat anak belajar dari rumah kontrol dan pengawasan dari orang tua kurang. Hal itu karena orang tua juga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.

“Saya lebih sepakat, belajar dari rumah disesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19. Jika sudah mereda anak-anak bisa langsung masuk sekolah,” kata Lugito.

Round Up Situasi Wabah Corona Solo: Kasus Positif 23, 11 Orang Masih Dirawat

Orang tua siswa kelas V SD di Wonogiri, Sutrisno, 41, menilai belajar di rumah dalam waktu yang lama bisa menurunkan kualitas pendidikan. Hal itu karena proses belajar siswa tak optimal lantaran sekadar mengerjakan tugas dari guru tanpa ada pengayakan.

Interaksi di Sekolah

Selain itu tidak ada interaksi antara siswa dengan siswa lainnya atau siswa dengan guru. Interaksi tersebut penting untuk melatih mereka bersosialisasi.

“Kalau di rumah, antara waktu belajar dengan aktivitas nonbelajar lebih banyak waktu aktivitas nonbelajarnya. Karena hanya mengerjakan tugas dari guru. Beberapa pekan belajar di rumah pun membuat anak bosan, pengin segera masuk sekolah. Dalam kondisi psikologi yang kurang bagus, belajar anak juga terpengaruh,” ucap Sutris, sapaan akrab Sutrisno.

Pelaku Industri Kecil Bisa Nikmati Listrik Gratis, Begini Mekanismenya

Sementara itu, orang tua dua anak warga Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Sumarno, mengaku bingung mendampingi anak belajar dari rumah. Dia memiliki dua anak, yaitu anak pertama kelas 11 SMK Bhakti Karya Karanganyar dan anak kedua kelas 4 SDN 03 Gumeng.

"Ya mengikuti imbauan pemerintahan. Tapi jujur kewalahan, ken sinau angel. Saya juga bingung mau mengajari mboten saged. Pelajaran sudah beda dengan yang dulu. Yang SMK itu banyak tugas, dia online terus. Saya pasrah. Penginnya Covid-19 segera berlalu jadi anak-anak bisa sekolah," ujar dia.

Sebaran Kasus Covid-19 di Sukoharjo 4 Mei: 40 Positif di 22 Desa

Orang tua siswa di Boyolali, Sigit, berharap program belajar dari rumah tidak berlanjut hingga akhir tahun 2020. Menurutnya, hal itu kurang efektif untuk kegiatan belajar siswa.

"Semoga tidak sampai akhir tahun karena sebetulnya belajar dari rumah itu kurang efektif. Memang betul ada tugas, tetapi saya kira kalau tidak ada interaksi dengan guru jadi kurang efektif kegiatan belajarnya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya