SOLOPOS.COM - Habib Bahar bin Smith menyatakan bui hanya merupakan penjara kecil. Penjara besar menurutnya adalah saat dirinya sudah berada di luar penjara. (Youtube)

Solopos.com, JAKARTA — Habib Bahar bin Smith menyatakan bui hanya merupakan penjara kecil. Penjara besar menurutnya adalah saat dirinya sudah berada di luar penjara.

Pernyataan itu disampaikan Habib Bahar saat datang ke kanal Youtube Refly Harun pada 30 November 2021 dan dilihat Solopos.com, Jumat (3/12/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dipenjara itu penjara kecil. Penjara besarnya ya pas di luar. Karena kalau di luar itu tanggung jawabnya besar. Tanggung jawab kepada umat, kepada keluarga dan lain-lain. Kalau di penjara itu waktunya full untuk kita sendiri. Sehingga waktu kita bisa untuk bermesraan dengan Allah,” katanya menjawab pertanyaan pakar ilmu tata negara, Refly Harun.

Menurut Habib Bahar, saat di penjara dirinya punya waktu banyak untuk beribadah. Tak hanya itu, ia bisa menulis buku saat dirinya menjalani hukuman atas kasus penganiayaan yang dilakukannya kepada seorang sopir taksi online, Andriansyah.

“Di penjara saya bisa mengarang kitab dhurarul bahar, kitab khusus kuthabah, panduan untuk para penceramah. Kitab umum tentang maulid, khitan, tentang pernikahan dan lain-lain. Saya cantumkan rujukan sumber haditsnya, pendapat ulama tentang itu dan sebagainya,” katanya.

Habib Bahar mengakui dirinya selama ini dicitrakan keras kepada pemerintah padahal yang ia lakukan adalah bentuk kecintaannya kepada bangsa dan negara.

“Karena yang dimasukkan ke Youtube adalah ceramah-ceramah saya saat mengritik pemerintah. Ceramah-ceramah saya tentang akhlak Rasulullah, tentang tasawuf dan lain-lain tidak ada yang mengunggah ke Youtube. Makanya citranya saya keras kepada pemerintah. Padahal itu bentuk kecintaan. NKRI harga mati,” katanya.

Baca Juga: Baru Keluar Penjara, Habib Bahar bin Smith Ancam Habisi Ulama 

Ia menegaskan dirinya tidak pernah melawan pemerintah. Yang ia lakukan adalah memberikan kritik yang disebutnya sebagai bentuk kecintaan kepada pemerintah agar lebih peduli dengan penderitaan rakyat.

“Bang Refly, saya ini lama mondok. Kita di pondok diajarkan untuk tidak melawan pemerintah yang sah. Melawan pemerintah yang sah itu tidak boleh. Apa yang saya lakukan selama ini? Membela rakyat. Ketika pemerintahnya ada kebijakan yang tidak benar, kita ingatkan. Bukan dengan melawannya,” kata dia.

Habib Bahar menyatakan dengan tegas menolak demo-demo yang menyebut pemerintah dan polisi/tentara sebagai thogut. Ia mengaku kerap berdakwah pada kelompok-kelompok yang menyebut pemerintah sebagai thogut.

“Thogut itu adalah sesembahan selain Allah. Pemerintah kita muslim, polisi/tentara kita muslim. Di mana thogutnya? Mereka tidak kita sembah. Saya ceramahi mereka (pendemo), alhamdulillah mereka jadi paham,” katanya.

Ia juga berkomentar tentang Reuni 212. Menurutnya, peristiwa 212 adalah sejarah bangsa. Di sana berkumpul berbagai elemen bangsa dari berbagai agama dan suku.

“Itu momen yang kita kenang, saya serukan hadir. Itu memperkuat ukhuwah. Kita yang muslim disatukan dengan agama, yang agama lain seperti Nasrani, Budha, Hindu disatukan dengan satu kedaulatan, satu tanah air, satu negara yaitu Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya