SOLOPOS.COM - Kondisi GWO Sriwedari Solo (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari rusak. Dilihat dari tampak depan, Gedung Wayang Orang (GWO) di Kompleks Sriwedari terlihat masih kokoh.

Bentuk persegi dari tiang-tiang penyangga di bagian teras depannya belum terlihat ada yang rusak. Eternit-eternitnya di atapnya masih utuh, berwarna putih, dan belum ada yang lepas ataupun rusak.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Namun sayang, di bagian dalam gedung pentas seni yang telah masuk dalam daftar bangunan cagar budaya tersebut dihuni serangga pemakan kayu. Kerusakan terlihat dari teras di bagian atas atau balkon, dari situ tampak kerangka-kerangka kayu bangunannya lapuk dimakan usia dan sisanya sudah tidak membentuk susunan. Ia mengatakan di seluruh tiang kuda-kudanya telah keropos, banyak sekali ditemukan lubang-lubang yang dijadikan sarang rayap.

Ekspedisi Mudik 2024

“Masuk di dalam gedung memang tidak ada tanda kerusakan, tapi kalau dari sini [balkon] kerangka-kerangka kayunya bisa kelihatan semua, terutama di sisi timur, kerangkanya hancur, instalasi listrik sudah berantakan semua,” papar salah seorang pengurus GWO, Muh Dalim kepada Solopos.com, Rabu (13/11/2013).

Satu tahun terakhir, ia mengkhwatirkan kondisi atap-atapnya yang kerusakannya semakin bertambah parah. Atap yang terbentuk dari susunan asbes banyak yang retak dan pecah. Sebagian besar sudah melorot. Hal itu dikarenakan baut-baut sebagai pengunci susunan asbes banyak yang kendor dan terlepas. Sudah lama sekali tidak ada yang mengontrol kondisi baut-baut itu.

“Bagian atapnya itu dari susunan asbes gelombang besar, kondisinya banyak yang melorot karena baut-bautnya lepas. Lebih jelasnya bisa berjalan mengelilingi GWO, bagian samping kanan kirinya dan belakangnya ambrol semua,” tambahnya.

Salah satu akibat pecahnya asbes itu, air hujan mengalir deras masuk ke dalam gedung melalui lubang asbes yang pecah di bagian belakang ruang utamanya. Air itu terus mengalir ke bagian dekat panggung utama. Karena itu, tidak jarang pula para penonton merasa mengeluh dan tidak merasa nyaman ketika menyaksikan pertunjukkan.

“Bocornya sudah enggak karuan,kalau sudah banjir, butuh waktu berjam-jam menguras dan membersihkan lantai di ruang utamanya, karena ruangan depan dekat panggung ini permukaan lantainya lebih rendah, jadi air mengalir ke sini semua,” paparnya.

Kerusakan juga sudah terlihat di lukisan-lukisan berukuran besar yang dipampang di sisi kanan kiri ruang utama. Permukaan lukisan di atas hardboad yang berjumlah enam buah itu telah mengelembung . Sudut-sudut lukisan dari banyak yang terlepas karena paku-paku di setiap sudut lukisan juga telah mencuat.

“Kalau cat lukisannya memang kuat, tapi hardboad-nya sudah kelihatan banyak yang lepas. Dan lukisan ini dilukis pada 1974 oleh pelukis S. Hadi yang memiliki rangkaian cerita tokoh pewayangan Dewa Ruci dan Krisna Duta,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya